Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri makanan dan minuman optimistis kerja sama komprehensif antara Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) yang tengah digodok bisa menarik lebih banyak investasi di Tanah Air, terutama di sektor pangan.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menjelaskan bahwa UEA merupakan mitra yang strategis bagi Indonesia dan hubungan kedua negara memiliki banyak potensi yang bisa digali.
“Investasi mereka di Indonesia belum terlalu besar, padahal menurut saya sumber daya modalnya ada. Ini bisa jadi peluang tersendiri,” kata dia, Kamis (2/9/2021).
Data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan investasi UEA di Indonesia untuk semua sektor pada 2019 hanya sebesar US$66,69 juta dan US$17,17 juta pada 2020. Dari nilai tersebut, investasi di industri makanan hanya US$14,42 juta pada 2019 dan US$981.900 pada 2020.
“Namun saya kira rendahnya investasi tidak terlepas dari kurangnya informasi dari pelaku usaha. Ketika berdialog mereka menyatakan minat untuk berinvestasi lebih, terutama di sektor makanan dan minuman,” kata dia.
Dari sisi investasi dan perdagangan pangan olahan, Adhi menjelaskan bahwa Indonesia dan Uni Emirat Arab bisa saling mengisi. Indonesia tercatat memiliki bahan baku yang cukup memadai meskipun terdapat beberapa komponen yang diimpor.
Baca Juga
Selain itu, penguatan industri dan perdagangan makanan dan minuman lewat kerja sama ini juga memberi kesempatan bagi Indonesia untuk memperluas pasar.
Data menunjukkan bahwa ekspor makanan dan minuman semi olahan ke UEA memang belum optimal jika dibandingkan dengan negara tujuan ekspor lainnya seperti Jepang, China, dan Korea Selatan.
Ekspor makanan dan minuman ke UEA pada 2019 tercatat sebesar US$61,81 juta dan US$70,90 juta pada 2020. Sepanjang semester I/2021, besar ekspor makanan dan minuman semi olahan ke negara tersebut mencapai US$31,02 juta.
“Kalau sudah punya CEPA dengan UEA, kita bisa ekspor ke sana dan memudahkan ekspor ke negara Timur Tengah,” kata Adhi.