Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei: 84 Persen Perusahaan di Luar Negeri Pangkas Anggaran Perjalanan Dinas

Pemangkasan tersebut dilaterbelakangi alasan adanya efisiensi yang ditawarkan perangkat lunak virtual, hemat biaya, dan mengurangi emisi karbon.
Pesawat milik American Airlines Group Inc. diparkir di bandara O'Hare International Airport (ORD) di Chicago, Illinois, AS/ Bloomberg - Patrick T. Fallon
Pesawat milik American Airlines Group Inc. diparkir di bandara O'Hare International Airport (ORD) di Chicago, Illinois, AS/ Bloomberg - Patrick T. Fallon

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah korporasi besar di Asia, Amerika, dan Eropa telah memangkas alokasi untuk perjalanan dinas hingga 84 persen. Hal tersebut berdampak besar bagi nasib industri perjalanan.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Bloomberg kepada 45 perusahaan menunjukkan bahwa mereka memotong sekitar 20 - 40 persen anggaran perjalanan mereka dan dua pertiganya memangkas baik pertemuan langsung dan tidak langsung.

Pemangkasan tersebut dilaterbelakangi alasan adanya efisiensi yang ditawarkan perangkat lunak virtual, hemat biaya, dan mengurangi emisi karbon.

Berdasarkan Asosiasi Bisnis Perjalanan Global, anggaran perjalanan bisnis akan menurun hingga US$1,24 triliun pada 2024 dibandingkan sebelum puncak pandemi pada 2019 yang mencapai US$1,43 triliun.

Chief Executive Officer Akzo Nobel NV Thierry Vanlancker, produsen cat terbesar di Eropa mengatakan, perjalanan bisnis bisa turun sepertiga, terlebih untuk pertemuan internal.

Dia membiarkan salah satu stafnya melakukan pengawasan di 124 pabrik melalui sambungan virtual yang dulu harus dilakukan dengan melintasi dunia.

"Ini hal yang baik untuk kantong kami dan membantu target keberlanjutan kami. Pelanggan kami telah menjalani pelatihan selama satu tahun, jadi bukan lagi larangan untuk menjangkau sosial hanya melalui video... Ada elemen efisiensi yang sangat besar," kata Vanlacker dikutip dari Bloomberg.

Perjalanan bisnis telah berubah selamanya, kata Greg Hayes, CEO Raytheon Technologies Corp., produsen mesin pesawat kepada Bloomberg Radio pada Juli.

Sekitar 30 persen dari lalu lintas udara komersial normal terkait dengan perjalanan bisnis, tetapi hanya setengahnya yang mungkin wajib. "[Teknologi komunikasi canggih telah] benar-benar mengubah pemikiran kita dalam hal produktivitas," kata Hayes.

Sementara itu, Kepala Perjalanan dan Rekreasi KPMG LLP Will Hawkley mengatakan kemungkinan bisnis perjalanan tidak akan pernah kembali seperti pada 2019.

“Perusahaan melihat pada bottom line mereka, komitmen lingkungan mereka, permintaan dari karyawan untuk kerja yang lebih fleksibel dan berpikir: Mengapa saya harus mengembalikannya?” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper