Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Manufaktur Asean Masih Loyo di Tengah Kebijakan Lockdown

Kebijakan lockdown telah berdampak besar pada sektor manufaktur di Asean hingga Agustus.
Aktivitas di pabrik bir milik ThaiBev. Perusahaan Thailand ini berencana menggelar IPO anak usaha lini produksi bir, BeerCo Ltd dengan target US$10 miliar./Bloomberg
Aktivitas di pabrik bir milik ThaiBev. Perusahaan Thailand ini berencana menggelar IPO anak usaha lini produksi bir, BeerCo Ltd dengan target US$10 miliar./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Data IHS Markit Purchasing Managers' Index (PMI) di kawasan Asean pada Agustus 2021 masih menunjukkan penurunan seiring pemberlakuan lockdown pada masa pandemi Covid-19.

PMI Asean pada Agustus tercatat 44,5, sedikit turun dibandingkan pada Juli sebesar 44,6. Angka PMI pada bulan ini juga mengartikan penurunan sudah terjadi selama 3 bulan berturut-turut.

Penurunan tajam terjadi pada produksi pabrik dan permintaan baru. Adapun sentimen di antara produsen barang terhadap output tahun mendatang turun ke rekor terendah dalam 13 bulan.

Ekonom IHS Markit Lewis Cooper mengatakan kebijakan lockdown telah berdampak besar pada sektor manufaktur di Asean hingga Agustus. Perusahaan kembali mengurangi jumlah staf meski ada peningkatan pekerjaan. Sementara itu, kepercayaan bisnis menurun ke tingkat terendah dalam 13 bulan.

“Dan lagi, untuk pertama kalinya sejak bulan Mei 2020, kontraksi tercatat di setiap negara di tujuh negara konstituen selama bulan Agustus, menggarisbawahi dampak kasus Covid-19 yang meningkat dan penerapan lockdown yang lebih kuat di seluruh wilayah. Tingkat penurunan tercepat tercatat di Myanmar, Vietnam dan Malaysia," katanya dalam keterangan pers pada Rabu (1/9/2021).

Kontraksi terdalam terjadi di Myanmar dengan angka PMI sebesar 36,5 dan diikuti oleh Vietnam sebesar 40,2 yang juga turun ke posisi terendah sejak April 2020.

Penurunan berkelanjutan terjadi di Malaysia dan Indonesia, meski penurunan tidak setajam pada Juli. Malaysia dengan skor 43,4 dan Indonesia sebesar 43,7 menjadi indikasi penurunan tajam pada kinerja sektor manufkatur masing-masing negara,

Sementara itu, Singapura dan Filipina mencatatkan kontraksi baru ke level 44,3. Singapura mengalami penyesuaian dari rekor tinggi 8 tahun pada Juli dan merosot hingga titik terendah sejak September lalu.

Filipina dengan skor 46,4 menunjukkan pernurunan pertama kali sejak Mei dan merupakan yang terburuk sepanjang 15 bulan terakhir.

Adapun, Thailand yang mencetak skor 48,3 juga masih mengalami penurunan dan ini menunjukkan penurunan tercepat dalam 3 bulan, tetapi masih tergolong marginal.

Secara keseluruhan, sektor manufaktur Asean masih di wilayah kontraksi pada bulan Agustus. selain output dan permintaan baru yang turun, permintaan luar negeri juga melemah karena ekspor baru turun secar amencolok selama 3 bulan berturu-turut.

Akibatnya, produsen di Asean kembali memangkas pembelian mereka pada Agustus, memperpanjang periode penurunan aktivitas pembelian yang dimulai Juni.

Namun, pelaku usaha masih percaya diri potensi kenaikan output dalam 12 bulan dengan harapan adanya pelonggaran lockdown sehingga sektor ini dapat bangkit lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper