Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja manufaktur melanjutkan kontraksi dengan Purchasing Managers' Index (PMI) berada di angka 43,7 pada Agustus meski naik dari bulan sebelumnya 40,1.
Kenaikan yang dicapai meski tetap berada di level kontraksi memunculkan harapan perbaikan lebih lanjut pada sisa tahun ini.
Peneliti di Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus menyebutkan sejumlah industri yang kemungkinan akan meningkat dan mendongkrak kinerja manufaktur antara lain, makanan dan minuman, kimia farmasi dan obat tradisional, serta industri logam.
"Kemudian bisa juga peningkatan terjadi pada industri alat angkutan atau otomotif karena masih ada keringanan PPnBM [Pajak Penjualan atas Barang Mewah] meskipun tidak lagi 100 persen," kata Ahmad kepada Bisnis, Rabu (1/9/2021).
Pada skenario optimistis, kondisi penanganan Covid-19 semakin membaik dan program vaksinasi dipercepat, sehingga akan lebih banyak lagi pelonggaran aktivitas. Hal itu akan mengerek kepercayaan pengusaha untuk melakukan ekspansi.
"Manajer atau pengusaha melihat kepastian itu untuk memutuskan ekspansi," katanya.
Jika situasi itu membaik, akan diikuti oleh melonggarnya tekanan pada ketenagakerjaan.
Meskipun tingkat penurunan produksi dan permintaan baru melambat dari Juli, tetapi masih tergolong tajam dalam sejarah survei PMI. IHS Markit mencatat hal itu menyebabkan perusahaan tetap waspada dengan tingkat ketenagakerjaan.
Kondisi ini, ditambah dengan absen kerja karena Covid-19, menyebabkan rekor akumulasi penumpukan pekerjaan paling tajam.
Sementara itu, Direktur Asosiasi Ekonomi di IHS Markit Jingyi Pan mengatakan gangguan rantai pasokan akibat Covid-19 masih terjadi pada Agustus, dengan perusahaan mencatat penurunan performa pemasok dan peningkatan tekanan harga berkelanjutan.
Pan menambahkan dampak Covid-19 gelombang kedua masih berada pada tingkat parah untuk membebani manufaktur.