Bisnis.com, JAKARTA — Anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. (GMFI) memastikan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau menawarkan pensiun dini kepada kayawan meski dihadapkan pada situasi yang menantang selama pandemi Covid-19.
Direktur GMFI Andi Fahrurrozi menjelaskan sejauh ini yang telah dilakukan adalah efisiensi operasinal, salah satunya dengan tidak merekrut karyawan baru.
"Jadi banyak yang akan memasuki pensiun normal pada tahun ini dan belum ada rencana untuk menggantikan posisi yang kosong,” ujarnya dalam paparan publik yang dikutip, Selasa (31/8/2021).
Rencana lainnya terkait karyawan adalah tidak memperpanjang kontrak tenaga alih daya. Perusahaan pun melakukan reposisi karyawan dengan memindahkan pegawai yang semula bekerja di lini usaha dengan kinerja kurang menguntungkan ke lini bisnis dengan kinerja yang masih positif.
Selanjutnya, GMFI mengurangi beban dari operasional pegawai dengan memangkas beberapa manfaat.
"Kami lebih memilih mengoptimalkan pola kerja efisien untuk mendukung bisnis yang ada sekarang agar lebih efektif,” jelasnya.
Menurutnya dengan kebijakan di atas, perusahaan perawatan pesawat tersebut bisa menargetkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortasi ebitda dapat tumbuh positif pada 2021.
Sejauh ini, paparnya, perbaikan kinerja keuangan tercermin dalam perolehan earning before interest, tax, depreciation, amortization (EBITDA) yang meningkat secara signifikan dari tahun sebelumnya. Hingga kuartal I/2021, Ebitda GMFI berbalik dari tahun lalu yang negatif senilai US$28,2 juta menjadi EBITDA positif senilai US$2,6 juta pada kuartal I/2021.
Perolehan ini sejalan dengan fokus Perseroan dalam melakukan pembenahan secara bertahap dan komprehensif lewat strategi-strategi pemulihan berkelanjutan, termasuk diantaranya melalui manajemen arus kas dan likuiditas, penyediaan jasa perawatan terkait Covid-19 seperti disinfeksi dan prolonged maintenance, serta penetrasi ke pasar yang tidak terdampak secara signifikan oleh pandemi seperti perawatan pesawat kargo dan passenger to freighter (preighter).
“Kami menargetkan Ebitda positif sebesar US$4 juta bilamana kondisi penanganan Covid-19 di Indonesia terus membaik,” jelasnya.