Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Patra Niaga menyasar pasar pengisian bahan bakar atau bunkering kapal laut yang melintasi Selat Sunda.
Hasto Wibowo, Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga Pertamina Patra Niaga, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan penyaluran perdana low sulphur fuel oil (LSFO) untuk ocean going vessels di Pelabuhan Cigading, Banten.
“Sebelumnya, kapal ocean going selalu melakukan bunkering di wilayah Singapura. Padahal, diestimasikan jumlah kapal yang melintas di sepanjang Selat Sunda sebanyak 53.000 kapal, atau sekitar 100—130 kapal melintas per harinya, atau senilai 54 Juta USD/tahun,” katanya melalui keterangan resmi, dikutip Sabtu (28/8/2021).
Hasto menuturkan, pihaknya ingin mengambil peluang yang ada di Selat Sunda itu, dan yakin dapat bersaing dengan produk LSFO miliknya.
Penyaluran LSFO perdana sendiri dilakukan kepada kapal berbendera Cyprus, MV Elona, yang melakukan pelayaran dari Brasil. Pertamina menyuplai kapal MV Elona dengan LSFO sebanyak 160 Metrik Ton (MT) atau setara dengan 175.000 liter.
“Penyaluran perdana ini merupakan awal yang baik, menunjukkan kesiapan dan kapabilitas Pertamina dalam melayani kebutuhan kapal ocean going yang selama ini belum dimaksimalkan. Ini akan sekaligus memperkuat postur energi Indonesia, khususnya penyediaan bahan bakar kapal LSFO,” jelasnya.
Menurutnya, LSFO milik Pertamina telah sesuai dengan standar internasional dan regulasi International Maritime Organization yang mewajibkan penggunaan LSFO dengan kandungan sulfur maksimal 0,5 persen per 1 Januari 2020.
“LSFO 0,5 persen sulphur sudah menjadi standar yang Pertamina terapkan sejak regulasi IMO ditetapkan. Selain lebih baik bagi mesin kapal, LSFO 0,5 persen sulphur juga berdampak lebih signifikan terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan. Jadi LSFO ini bisa kita sebut lebih Go Green,” ucapnya.
Setelah sukses melakukan penyaluran perdana di Selat Sunda, Pertamina selanjutnya membidik kawasan perairan lainnya, seperti Selat Malaka untuk mengembangkan bisnis bunkering.
Di Pelabuhan Cigading, Banten, Pertamina bekerja sama dengan PT Krakatau Bandar Samudera sebagai pengelola Krakatau International Port Cigading.
Sementara itu, Direktur Utama PT Krakatau Bandar Samudera Akbar Djohan mengatakan bahwa bisnis maritim perdana Marine Fuel Oil (MFO) itu membuktikan strategi besar perusahaan untuk membangun ekosistem bunkering migas sebagai strategi ekspansi dalam bisnis maritim di sepanjang Selat Sunda.
Kerja sama itu juga menegaskan komitmen perusahaan untuk menjadikan Selat Sunda sebagai pelabuhan strategis yang dapat melayani seluruh kebutuhan kapal dengan pelayanan berstandar internasional.
“First bunkering ini adalah bukti Krakatau Bandar Samudera terus berupaya kembangkan berbagai layanan yang semakin lengkap untuk penuhi kebutuhan pelayaran dan bisnis maritim di Indonesia, terutama di Selat Sunda, sehingga kapal yang lewat dan singgah di Selat Sunda mudah untuk isi bahan bakarnya dan logistic services lainnya,” jelasnya.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Basilio Dias Araujo mengatakan bahwa Selat Sunda hanyalah salah satu alur maritim strategis Indonesia, dan masih ada Selat Malaka, dan Selat Lombok yang juga memiliki potensi.
“Kita membicarakan mengenai potensi 200.000 kapal ocean going melewati selat strategis di Indonesia. Ini adalah kesempatan besar. Kita perlu menyiapkan fasilitas dan layanan seperti hari ini di lokasi strategis lainnya,” jelas Basilio.