Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri produk elektronika tidak bisa menghindari menaikkan harga produk jika nilai rupiah terimbas kebijakan tapering off. Serapan pasar diperkirakan bisa tidak optimal.
“Untuk produk berorientasi ekspor, tentunya akan naik. Di sisi lain kami harus melihat bagaimana situasi pasar. Kalau pasar dalam negeri, dengan kondisi sekarang saja produk sulit terjual,” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronika (Gabel) Oki Widjaja, Jumat (20/8/2021).
Oki menjelaskan pabrik elektronika di dalam negeri sejatinya telah berhadapan dengan masalah harga komponen yang naik di kisaran 10 sampai 15 persen, imbas dari logistik dan pasokan yang terganggu pandemi.
“Gangguan logistik masih terjadi selama pandemi karena kelangkaan kontainer yang berlanjut. Di sisi lain bahan baku juga tidak lancar. Jadi meski demand mulai tumbuh, pabrik tidak bisa langsung pulih,” katanya.
Impor bahan baku dan penolong pada produk elektronika sendiri, kata Oki, menyumbang sampai 80 persen dari total produksi. Sepanjang semester I/2021, impor mesin dan perlengkapan elektrik dalam kelompok HS 85 mencapai US$11,08 miliar. Nilai itu meningkat 26,91 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$11,08 miliar.
Sementara dari sisi ekspor, kenaikan tahunan berada di angka 24,69 persen dari US$4,05 miliar menjadi US$5,05 miliar.