Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemendag Pede Ekspor Impor Tahan Hadapi Dampak Tapering Off

Sinyal kuat tapering off  pada tahun ini mengemuka dalam risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal 27 sampai 28 Juli.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan meyakini ekspor dan impor Indonesia memiliki ketahanan menghadapi risiko pelaksanaan tapering off oleh bank sentral Amerika Serikat, the Fed, mulai tahun ini.

Sinyal kuat tapering off  pada tahun ini mengemuka dalam risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal 27 sampai 28 Juli. Mayoritas anggota komite menilai bahwa pengurangan pembelian aset bisa dimulai tahun ini jika ekonomi berkembang sesuai perkiraan.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri mengatakan Kemendag turut memantau perkembangan kebijakan moneter Amerika Serikat sebagai mitra dagang terbesar kedua Indonesia setelah China.

Perekonomian AS sejauh ini memperlihatkan kinerja yang baik. Hal ini tecermin dari angka inflasi dan jumlah klaim pengangguran yang mencapai level terendah selama pandemi.

“Saya kira kinerja ekspor dan impor kita cukup resilience menghadapi risiko dampak dari Kebjikan The Fed. Sebagaimana disampaikan Bank Indonesia, kebijakan tapering off-nya kemungkinan akan bertahap mengingat situasi perbaikan ekonomi AS juga tetap dibayangi Covid-19 yang belum sepenuhnya tuntas,” kata Kasan kepada Bisnis, Jumat (20/8/2021).

Kasan juga menggarisbawahi langkah Bank Indonesia yang menjalin kesepakatan local currency settlement (LCS) dengan beberapa negara mitra. Yang terbaru adalah LCS dengan China. Menurutnya, hal tersebut merupakan sinyal keyakinan bank sentral atas stabilitas rupiah.

“Juli lalu LCS antara Bank Indonesia dengan Bank Sentral China untuk transaksi bilateral termasuk ekspor impor disepakati. Menurut saya ini juga menunjukkan keyakinan BI atas stabilitas nilai tukar rupiah ke depan dan ketergantungannya terhadap dolar Amerika Serikat tidak terlalu dikhawatirkan,” tambahnya.

Cadangan devisa yang berada di posisi US$137,3 miliar, kata Kasan, juga menambah keyakinan pada aktivitas ekspor dan impor jika Indonesia menghadapi dampak tapering off. Bank Indonesia menyebutkan cadangan devisa tersebut memadai untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

“Posisi cadangan devisa juga cukup bagus di atas US$137 miliar ini menambah keyakinan bagi kegiatan ekspor dan impor jika nanti menghadapi dampaknya dari tapering off tersebut,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper