Bisnis.com, JAKARTA - Tren surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut hingga, seiring dengan kinerja impor yang diperkirakan masih tertekan hingga akhir tahun.
Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana mengatakan tren surplus akan tetap berlanjut, bahkan setelah memperhitungkan normalisasi permintaan dari China. Kondisi ini pun akan memberikan dukungan pada stabilitas nilai tukar rupiah.
“Meskipun impor mungkin melambat lebih dari ekspor di kuartal ini, surplus tersebut secara alami akan berkurang begitu permintaan domestik pulih,” katanya, Rabu (18/8/2021).
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus perdagangan akan tetap bertahan untuk waktu yang cukup lama.
Pasalnya, dengan pemberlakuan PPKM Darurat/Level 3-4, progres pemulihan ekonomi Indonesia pada semester II/2021 diperkirakan akan berjalan secara bertahap dari yang diantisipasi sebelumnya.
Pembatasan mobilitas tersebut akan melemahkan permintaan domestik dan menghambat kegiatan investasi, sehingga membatasi impor.
Baca Juga
Di sisi lain, tingginya harga komoditas dan percepatan pemulihan ekonomi global akan tetap mendukung ekspor.
“Jika PPKM Darurat/level 3-4 dapat dilonggarkan pada bulan terakhir di kuartal III/2021 sehingga meningkatkan permintaan domestik, kami melihat rangkaian surplus neraca perdagangan cenderung menyusut menjelang akhir 2021,” katanya.
Dia pun memperkirakan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) akan melebar secara terkendali di tahun ini. CAD kuartal II/2021 diperkirakan akan mencapai kisaran -0,5 persen hingga 0,4 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
“Secara keseluruhan, kami memperkirakan CAD 2021 menjadi sekitar -1,06 persen dari PDB, melebar dari tahun 2020 sebesar -0,41 persen dari PDB. Namun, tetap relatif lebih sempit daripada tingkat rata-rata 5 tahun prapandemi sebesar -2,22 persen,” jelasnya.