Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joe Biden merencanakan vaksin dosis ketiga untuk warga Amerika Serikat untuk melawan varian delta yang lebih menular. Langkah ini memicu kritik terutama di tengah ketimpangan vaksin di negara-negara miskin.
Di bawah rencana Biden, kelompok berisiko tinggi termasuk petugas kesehatan dan warga lanjut usia mungkin bisa mendapatkan dosis ketiga vaksin Pfizer Inc. dan Moderna Inc. segera setelah September, atau delapan bulan usai mereka menerima suntikan kedua.
Food and Drug Administration (FDA) telah menandatangani dosis penguat atau booster untuk mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah. Namun belum jelas seberapa cepat booster akan tersedia untuk semua orang dewasa.
Sementara itu, sejumlah ahli dan pengamat telah menunjukkan kurangnya bukti bahwa dosis ketiga akan menciptakan perlindungan yang lebih signifikan. Ketidakpastian itu berarti bahwa setiap kelebihan dosis akan lebih baik digunakan di negara-negara di mana vaksin masih langka.
"Tidak ada bukti bahwa dosis booster diperlukan untuk melindungi dari penyakit parah di masa mendatang,” kata Shabir Madhi, ahli vaksin dari Universitas Witwatersrand Johannesburg, yang memimpin uji coba suntikan AstraZeneca Plc dan Novavax Inc. Afrika Selatan, dilansir Bloomberg, Rabu (18/8/2021).
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan itu adalah keputusan pemerintah untuk memberikan dosis penguat tidak sama dengan menyetop pasokan yang dikirim ke luar negeri.
Baca Juga
"Kami bisa melakukan keduanya. Kami akan terus menjadi gudang vaksin di seluruh dunia. Kami juga memiliki pasokan yang cukup, dan kami telah lama merencanakan pasokan yang cukup jika booster kami dibutuhkan untuk populasi yang memenuhi syarat," katanya.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus telah menyerukan moratorium suntikan penguat Covid-19 hingga September untuk memungkinkan negara-negara miskin mengejar tingkat vaksinasi.
Seorang juru bicara Gavi, Aliansi Vaksin, yang ikut memimpin program berbagi Covax, mengatakan bahwa negara-negara kaya yang memberikan booster hanya akan memperburuk ketimpangan dan meminta negara-negara untuk berbagi dosis berlebih dengan Covax.
Celine Gounder, seorang dokter yang bertugas di dewan penasihat Covid selama transisi kepresidenan Biden, mengatakan AS harus fokus untuk memperluas suntikan pertama, baik di dalam maupun luar negeri.
"Ini bukan hanya tentang kemanusiaan. [Booster] Ini bukan penggunaan terbaik sumber daya dari perspektif yang pragmatis," kata Gounder.
Beberapa negara sudah mulai mengeluarkan suntikan booster, meskipun itu termasuk kasus di mana vaksin mRNA, seperti Pfizer dan Moderna, digunakan sebagai booster untuk vaksin lain.
Rencana negara-negara untuk memberikan dosis booster berkembang dengan cepat, dan beberapa pemimpin, termasuk Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador, menyatakan skeptisisme.
"Wajar jika perusahaan farmasi ingin meningkatkan konsumsi vaksin, dan kami perlu memperoleh vaksin yang diperlukan, dan menetapkan kebijakan yang melindungi orang, bukan kebijakan perdagangan atau komersial,” katanya.