Bisnis.com, JAKARTA – International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2021 dari 4,3 persen pada proyeksi April lalu, menjadi 3,9 persen pada Juli ini.
Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2022 sedikit naik dari proyeksi April yaitu 5,8 persen, menjadi 5,9 persen.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan koreksi tersebut disebabkan oleh kenaikan kasus Covid-19 yang tinggi di Indonesia, serta lambannya proses vaksinasi.
Di sisi kenaikan kasus, Yusuf menilai kekhawatiran IMF masih terjadi bahkan ketika pembatasan kegiatan masyarakat yaitu PPKM Darurat sudah diperpanjang dua kali sejak 3 Juli 2021.
Sementara itu, upaya untuk menekan laju penyebaran virus tidak disertai oleh percepatan vaksinasi untuk mencapai target. Adapun, kini sasaran vaksinasi di Indonesia naik dari 181,5 juta orang menjadi 208,2 juta orang.
“Sayangnya sejauh ini apa yang dikhawatirkan oleh IMF masih terjadi, dalam hal kenaikan kasus misalnya penambahan masih terjadi dalam 1 bulan terakhir meskipun pemerintah telah melakukan restriksi kegiatan masyarakat di saat yang bersamaan proses vaksinasi juga belum berjalan secara lebih optimal sampai dengan paruh pertama tahun ini, persentase coverage penduduk yang sudah di vaksin juga baru mencapai 12 persen,” jelas Yusuf kepada Bisnis, Rabu (28/7/2021).
Padahal, vaksinasi tidak hanya dapat meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap virus, namun di sisi ekonomi juga dapat menjadi sentimen konsumsi khususnya bagi kelompok pendapatan menengah ke atas.
Yusuf memandang jika proses vaksinasi lebih cepat serta diiringi dengan melandainya kasus Covid-19, maka khususnya kelompok menengah atas bisa tergerak untuk melakukan beragam aktivitas konsumsi yang lebih banyak.
Namun, kedua hal tersebut, kata Yusuf, belum terlihat bahkan pada paruh kedua 2021. Hal tersebut akhirnya menyebabkan Indonesia membutuhkan tambahan waktu pemulihan, terutama untuk waktu transisi.
Pasalnya, seandainya pemerintah berhasil menurunkan jumlah kasus Covid-19 dan mengejar target vaksinasi pada akhir Agustus, masih ada waktu transisi yang dibutuhkan sebelum keberhasilan penanganan di sisi kesehatan itu berdampak pada pemulihan geliat ekonomi.
Menurut Yusuf, setidaknya dibutuhkan waktu satu sampai dua bulan untuk proses transisi tersebut. Sementara, semakin lama proses transisi, maka semakin besar potensi tergesernya proyeksi pertumbuhan ekonomi.
“Khususnya batas atas [4,3 persen], yang diproyeksikan oleh IMF bisa saja akan terjadi. Oleh karena itu, mendorong proses vaksinasi dan melandaikan kasus Covid-19 dengan lebih optimal dan juga stimulus pada masa transisi akan menentukan dinamika meleset/tercapainya proyeksi pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.