Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan US$275 miliar dari US$650 miliar dana cadangan baru yang dibentuk lembaga itu akan dialokasikan untuk negara berkembang.
Dana cadangan atau Special Drawing Rights (SDR) yang digadang-gadang memecahkan rekor baru itu, telah mendekati keputusan final.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva telah mengajukan proposal kepada dewan gubernur lembaga itu untuk mencairkan dana pada akhir Agustus 2021.
"Sekitar U$275 miliar dari alokasi akan digunakan untuk pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang," ungkap IMF dalam laporan World Economic Outlook terbaru, Rabu (28/7/2021).
Warwick McKibbin, seorang profesor ekonomi di Australian National University, mengatakan pemerintah di banyak negara mengalami defisit terbesar sejak Perang Dunia Kedua dan telah menyediakan lebih banyak likuiditas pada tahun lalu daripada gabungan dekade sebelumnya, membatasi pilihan mereka untuk menopang ekonomi lebih lanjut.
Dia mengatakan ada potensi rebound berbentuk V akan berubah menjadi W, dimana pertumbuhan meluncur lebih rendah lagi sebelum kembali pulih.
Baca Juga
Dalam proyeksi terbarunya, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan untuk pasar negara berkembang, dan sebaliknya menaikkan angka prediksi untuk ekonomi maju.
Ekspansi ekonomi di pasar negara berkembang diperkirakan menjadi 6,3 persen tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya 6,7 persen. Sedangkan perkiraan untuk ekonomi maju naik sebesar 0,5 poin persentase menjadi 5,6 persen.
Hal ini menggarisbawahi pemulihan dua jalur dan kesenjangan akses vaksin antara negara kaya dan negara berkembang serta berpenghasilan rendah.
Seperti yang baru-baru ini disahkan oleh G7, realokasi SDR dari ekonomi dengan posisi eksternal yang kuat ke yang negara yang lebih rentan akan semakin meningkatkan dampak alokasi baru.
Alokasi SDR juga akan memperkuat upaya multilateral IMF sebelumnya seperti Inisiatif Penangguhan Layanan Utang atau DSSI yang diarahkan untuk meredam dampak pandemi pada ekonomi yang terkendala secara finansial.
Selain itu, IMF juga memandang pajak perusahaan efektif minimum global yang masih dalam perundingan, akan membantu meningkatkan pendapatan, termasuk di pasar negara berkembang.
Sementara proyeksi pertumbuhan negara berkembang terpangkas, prospek ekspansi output global tetap di angka 6 persen untuk tahun ini.
Analisis lain, sebelumnya memperkirakan bahwa alokasi vaksin yang tidak adil akan menjadi hambatan pada PDB di negara maju yang telah melindungi sebagian besar warganya, merugikan ekonomi global triliunan dolar.
Lawrence Summers, Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat mengatakan beban dari kesenjangan pemulihan dunia akan lebih berat dipikul oleh negara-negara termiskin dunia.
"Covid akan dikenang sebagai salah satu peristiwa ekonomi besar abad ini bagi AS, tetapi berpotensi menjadi peristiwa paling buruk bagi sebagian negara berkembang," kata Summers.
Kesenjangan akses vaksin melebar di seluruh dunia. Menurut pelacak vaksin Bloomberg, 25 negara dan regional terkaya dunia telah mendistribusikan 18 persen dari total dosis, sedangkan populasinya hanya mencapai 9 persen saja.