Bisnis.com, JAKARTA - Kerugian produk domestik bruto global secara kumulatif akan mencapai US$4,5 triliun atau Rp57.600 pada 2025.
Dalam World Economic Outlook terbaru, Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan dua skenario mengenai kerugian kumulatif global yang melibatkan sebaran virus varian baru.
Pada skenario pertama, varian virus baru menimbulkan gelombang infeksi di pasar negara berkembang pada semester kedua 2021.
Output global diproyeksikan menurun 0,75 poin persentase pada 2021 dan 1,5 poin persentase pada 2022. Meski mulai pulih setelah 2022, pertumbuhan yang melambat dan ketatnya kondisi finansial mendorong kebangkrutan di pasar negara berkembang.
"Pasar berkembang dan negara berkembang menanggung sebagian besar kerugian dengan total US$3,5 triliun," kata IMF dalam laporannya, Rabu (28/7/2021).
Sementara itu, skenario kedua, kerugian kumulatif diperkirakan sama dengan asumsi pertama, tetapi sebarannya saja yang berbeda.
Baca Juga
Pada skenario kedua, ekonomi maju menyumbang bagian yang lebih besar, dengan kerugian kumulatif lebih dari US$2,5 triliun.
Diasumsikan bahwa peningkatan infeksi menyebabkan mobilitas yang lebih rendah bahkan di banyak negara maju dan bahwa hubungan antara mobilitas dan aktivitas adalah sama seperti yang diamati selama kuartal terakhir 2020 dan kuartal pertama tahun 2021.
Kelemahan berlarut-larut dalam aktivitas diasumsikan menimbulkan kerusakan terus-menerus pada kapasitas pasokan ekonomi.
Pertumbuhan global pada 2021 dan 2022 di atas 0,8 poin persentase lebih lemah dari pada baseline. Pertumbuhan PDB di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang kira-kira 1 poin persentase di bawah garis dasar pada 2021 dan 2022.
Di negara-negara dengan cakupan vaksinasi yang tinggi, seperti Inggris dan Kanada, dampaknya akan ringan. sementara negara-negara tertinggal dalam vaksinasi, seperti India dan Indonesia, akan paling menderita di antara ekonomi G20.
Sementara itu, keragu-raguan vaksin dan dampak limpahan global, merugikan ekonomi maju sekitar 0,75 poin persentase pertumbuhan PDB pada 2021 dan 2022.