Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Pangkas Pertumbuhan Negara Berkembang, Garisbawahi Kesenjangan Vaksinasi

Dalam laporan World Economic Outlook terbarunya, output dunia masih diperkirakan tumbuh 6 persen pada 2021 setelah penurunan 3,2 persen tahun lalu.
Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath. Bloomberg.
Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath. Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan tahun ini untuk pasar negara berkembang, sedangkan pemulihan global dan negara maju tetap dipertahankan.

Dalam laporan World Economic Outlook terbarunya, output dunia masih diperkirakan tumbuh 6 persen pada 2021 setelah penurunan 3,2 persen tahun lalu.

Adapun ekspansi pasar negara berkembang menjadi 6,3 persen dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya 6,7 persen. Sedangkan perkiraan untuk ekonomi maju naik sebesar 0,5 poin persentase menjadi 5,6 persen.

Perubahan dalam perkiraan pertumbuhan regional itu menggarisbawahi akses vaksin yang tidak setara telah memperlebar kesenjangan pemulihan antara ekonomi maju dan berkembang.

Inggris mendapat pukulan terbesar di antara ekonomi utama, dengan IMF sekarang memperkirakan tingkat pertumbuhan 7 persen pada 2021, sedikit lebih rendah dari perkiraan Bank of England. Adapun tahun depan IMF melihat pertumbuhan global sebesar 4,9 persen, naik dari sebelumnya 4,4 persen.

"Kami memperingatkan divergensi yang berbahaya, dan kami melihat itu semakin buruk. Kami tidak keluar dari hutan sehubungan dengan pandemi,” kata Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath, dilansir Bloomberg, Rabu (28/7/2021).

IMF juga mengatakan akses vaksin telah muncul sebagai garis patahan utama di mana pemulihan global terbagi menjadi dua blok, yakni kubu yang dapat menormalisasi aktivitas lebih lanjut akhir tahun ini dan kelompok yang masih akan menghadapi infeksi yang muncul kembali dan meningkatnya angka kematian akibat Covid.

"Pemulihan, bagaimanapun, tidak terjamin bahkan di negara-negara di mana infeksi saat ini sangat rendah selama virus tersebut beredar di tempat lain," ujar IMF dalam laporannya.

Untuk mengatasi kesenjangan yang melebar, IMF mendesak negara-negara maju yang telah menginokulasi sekitar 40 persen dari populasi mereka untuk berbagi surplus vaksin mereka dengan negara-negara miskin.

"Tindakan multilateral diperlukan untuk memastikan akses vaksin, diagnostik, dan terapi yang cepat di seluruh dunia," kata Gopinath dalam postingan di blog IMF.

Hal itu, lanjutnya, akan menyelamatkan banyak nyawa, mencegah munculnya varian baru dan menambah triliunan dolar untuk pertumbuhan ekonomi global.

Pada Mei, IMF mengusulkan rencana US$50 miliar untuk mengakhiri pandemi, di mana 40 persen orang di setiap negara akan divaksinasi pada akhir tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia, Bank Dunia dan Organisasi Perdagangan Dunia semuanya mendukung proposal tersebut.

Sementara itu, dalam laporan yang sama, IMF menyatakan negara berkembang Asia mengalami penurunan peringkat terbesar di antara kawasan. Proyeksi pertumbuhan tahun ini dipangkas 1,1 poin persentase menjadi 7,5 persen.

India juga mengalami pemangkasan 3 poin persentase proyeksi pertumbuhan karena gelombang Covid-19 kedua yang parah dari Maret hingga Mei. Meskipun demikian, produk domestik bruto diperkirakan akan meningkat 9,5 persen pada 2021.

Perkiraan untuk Afrika sub-Sahara tidak berubah relatif terhadap April, dengan perkembangan pandemi yang memburuk diperkirakan akan membebani pemulihan kawasan. Peningkatan 0,9 poin persentase dalam perkiraan Afrika Selatan mengimbangi revisi turun di negara lain.

Badan tersebut meningkatkan prospek ekspansi PDB untuk AS, kawasan euro, Amerika Latin dan Timur Tengah dan Asia Tengah.

Inflasi diperkirakan akan kembali ke kisaran pra-pandemi di sebagian besar negara pada 2022 setelah gangguan ini menembus harga. Peningkatan inflasi juga diperkirakan terjadi di beberapa pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang, sebagian terkait dengan harga pangan yang tinggi.

Sementara itu, penundaan dalam pemberian vaksin akan memungkinkan varian baru menyebar, dengan kemungkinan risiko infeksi terobosan yang lebih tinggi di antara populasi yang divaksinasi.

"Kebijakan terpadu dan terarah dapat membuat perbedaan antara masa depan pemulihan yang tahan lama untuk semua ekonomi atau satu dengan garis patahan yang melebar, karena banyak yang berjuang dengan krisis kesehatan sementara segelintir melihat kondisi menjadi normal, meskipun dengan ancaman terus-menerus dari gejolak baru," kata IMF.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper