Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara Afrika harus membangun kapasitas untuk memproduksi vaksin di benua itu dan bekerja dengan perusahaan farmasi untuk memastikan bahwa bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi vaksin tersedia.
Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia Ngozi Okonjo-Iweala mengatakan sementara pengabaian hak paten vaksin dipandang sebagai cara untuk meningkatkan pasokan ke benua yang paling sedikit divaksinasi di dunia itu, dia memperingatkan bahwa hanya segelintir negara Afrika yang memiliki kapasitas untuk memproduksi obat yang menyelamatkan jiwa.
"Ada beberapa negara, mungkin Tunisia, Maroko sampai batas tertentu, Senegal, Afrika Selatan, di mana kami memiliki beberapa kapasitas, itulah mengapa kami mengimpor 99 persen vaksin kami,” kata Okonjo-Iweala dalam webinar yang diselenggarakan oleh Komisi Ekonomi PBB untuk Afrika, dilansir Bloomberg, Selasa (27/7/2021).
Dia melanjutkan jika mendapat hak paten hari ini, Afrika tidak dapat melakukan apa pun karena tidak memiliki kapasitas produksi dan investasi.
Anggota WTO terbagi atas pertanyaan apakah pengabaian aturan kekayaan intelektualnya untuk vaksin adalah cara terbaik untuk memperluas akses ke obat penyelamat jiwa di negara berkembang.
Negosiasi bergerak sangat lambat ketika para pihak mencoba untuk mencapai perjanjian pragmatis yang memungkinkan negara berkembang mengakses teknologi, pengetahuan dan menemukan solusi tentang kekayaan intelektual yang tidak juga menghambat penelitian dan negosiasi.
Baca Juga
Pertemuan dengan kepala produsen vaksin termasuk Johnson & Johnson, Pfizer Inc, Moderna Inc, Sputnik dari Rusia dan Sinopharm Group Co. di WTO pekan lalu menunjukkan bahwa perusahaan tertarik untuk meningkatkan investasi di Afrika.
J&J sedang memproduksi dosis berdasarkan apa yang disebut sebagai fill-finish basis di Afrika Selatan oleh Aspen Pharmacare Holdings Ltd. di mana Aspen mengemas dosis menggunakan bahan-bahan yang dipasok oleh J&J. Adapun Pfizer minggu lalu menandatangani perjanjian serupa dengan Biovac Institute di Cape Town dan dosis Sinopharm dibuat di Mesir.
Sejauh ini hanya 1,4 persen dari 1,2 miliar orang Afrika yang telah sepenuhnya divaksinasi terhadap penyakit ini.