Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerin Perindustrian Taufiek Bawazier hari ini mengunjungi perusahaan baja PT AM/NS Indonesia di Kawasan MM2100 Cibitung, Jawa Barat.
Taufiek menyebut dalam kondisi pandemi, utilitas PT AM/NS Indonesia berjalan 100 persen karena didukung pasar ekspor, termasuk ke Amerika Serikat. Saat ini, ekspor perusahaan tersebut mencapai 13.000 ton per Juni 2021 atau meningkat dibandingkan Januari yang hanya 2.000 ton untuk produk CRC dan baja lapis.
"Kami mengapresiasi kinerja PT AM/NS, guna memacu kinerja sektor industri baja Kemenperin juga terus berupaya untuk menjaga ketersediaan bahan baku serta mengatasi kesulitan logistik dari shipping company,” katanya melalui siaran pers, Senin (26/7/2021).
Menurut Taufiek saat ini baja Indonesia mudah masuk ke Amerika Serikat dan Eropa. Sementara dari China, Vietnam, dan India lebih sulit, karena ekspor baja Indonesia tidak kena hambatan perdagangan pasar Eropa dan Amerika.
Taufiek juga menyebut PT AM/NS Indonesia telah menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin. Selain itu, perusahaan sudah melaksanakan program vaksinasi Gotong Royong tahap pertama yang diikuti sebanyak 397 pekerja, yang juga dipantau dalam laporan IOMKI.
“Kemenperin mewajibkan kepada seluruh sektor industri yang memegang IOMKI untuk melaporkan pelaksanaan operasional dan mobilitas kegiatan industrinya secara berkala, yakni dua kali dalam satu minggu melalu portal SIINas,” ujarnya.
Secara keseluruhan pada kuartal I/2021, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebagai kelompok penyumbang terbesar pada penanaman modal di sektor manufaktur dengan mencapai nilai Rp27,9 triliun atau berkontribusi 12,7 persen.
Pada periode itu nilai ekspor industri logam dasar tercatat sebesar US$5,87 miliar atau naik 7 persen dibanding capaian di periode yang sama tahun lalu mencapai US$5,48 miliar.
"Artinya, industri baja terus memberikan kontribusi besarnya bagi penerimaan devisa, terutama dalam proseshilirisasi atau peningkatan nilai tambah bahan baku di dalam negeri," kata Taufiek.
Dia mengemukakan hampir seluruh negara mengalami penurunan produksi baja pada tahun lalu karena dampak pandemi.
Namun hal tersebut tidak terjadi di China yang produksinya justru meningkat 5,2%. Berikutnya, produksi baja di Turki meningkat 6%, Iran meningkat 13%, dan Indonesia mampu meningkat hingga 30,25% dibandingkan pada 2019.
Adapun kemampuan industri baja nasional, tercemin dari kapasitas produksi bahan baku baja nasional (slab, billet, bloom) saat ini lebih dari 13 juta ton dengan perkiraan produksi 2020 sebesar 11,6 juta ton atau meningkat 30,25% dibanding 2019 yang mencapai 8,9 juta ton. Selain itu, utilisasi pada 2020 juga meningkat hingga 88,38% dari 2019 sebesar 67,86%.