Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pertemuan antara menkeu dan gubernur bank sentral kelompok G20 di Italia beberapa waktu lalu melihat pertumbuhan ekonomi global masih belum merata. Ada negara yang mengalami pembaikan, ada pula sebaliknya.
“Begitu juga dengan sektor usaha. Ada yang mengalami pembaikan yang luar biasa, ada sektor yang side back sangat dalam,” katanya pada konferensi pers virtual, Rabu (21/7/2021).
Sri Mulyani menjelaskan bahwa pemulihan yang belum merata tersebut akan menjadi tantangan cukup pelik bagi para pembuat kebijakan, yakni menkeu dan gubernur bank sentral di dunia, termasuk G20.
Ketidakmerataan ini juga akan membuat komplikasi dalam koordinasi kebijakan antarnegara. Sebabnya, negara yang sudah mulai membaik akan mengalami inflasi cukup tinggi sehingga direspons dengan pengetatan kebijakan.
Sebaliknya, negara yang belum pulih masih terus melakukan keputusan ekspansif. Inilah, menurut Sri Mulyani, yang membuat dinamika cukup kompleks ke depan.
“Di dalam G20 ditegaskan kembali agar seluruh negara bekerja sama. Kebijakan ekonomi dan keuangannya baik melalui menkeu dan gubernur bank sentral untuk jangan melakukan penarikan kebijakan terlalu dini yang membuat ekonomi yang sedang dalam posisi pulih awal bisa mengalami pembalikan,” jelasnya.
Baca Juga
Oleh karena itu, yang saat ini dilakukan kelompok G20 adalah memantau semua data untuk melihat apakah pemulihan ekonomi sudah terjadi dan cukup solid. Dengan begitu, mereka bisa tahu kapan akan melakukan konsolidasi.
Selain itu, risiko pemburukan ekonomi masih mengancam hingga sekarang karena kecepatan vaksinasi yang berbeda-beda di setiap negara. Selama belum ada pemerataan, Sri Mulyani melihat Covid-19 masih akan terus bergerak, bahkan bermutasi.