Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada PPKM, Industri Keramik Bakal Turun Tapi Semen Masih Optimistis

Saat ini, tingkat utilisasi industri keramik pada semester I/2021 ini sudah mendekati 75 persen jauh.
Asisten Manajer Toko Bangunan (TB) Panorama Solo, Surani (kiri), menata contoh keramik di etalase TB Panorama Solo, Jumat (29/3/2019). Selama penyelenggaraan Material Expo 2019 TB Panorama Solo memberikan diskon hingga 70% untuk produk tertentu yang digelar hingga 7 April. /BISNIS
Asisten Manajer Toko Bangunan (TB) Panorama Solo, Surani (kiri), menata contoh keramik di etalase TB Panorama Solo, Jumat (29/3/2019). Selama penyelenggaraan Material Expo 2019 TB Panorama Solo memberikan diskon hingga 70% untuk produk tertentu yang digelar hingga 7 April. /BISNIS

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri keramik akan menghitung kembali kapasitas produksi pada Agustus mendatang apabila wacana PPKM Darurat diperpanjang akan terjadi.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan saat ini tingkat utilisasi industri keramik pada semester I/2021 ini sudah mendekati 75 persen jauh. Capain ini membaik dibandingkan tingkat utilisasi semester I/2020 yang hanya 47 persen akibat penerapan PSBB ketat mulai Maret 2020.

Adapun tingkat utilisasi produksi di Juli berkisar 78 persen dan merupakan angka tertinggi sejak 2014.

"Namun, jika PPKM Darurat diperpanjang sampai Agustus perkiraan tingkat utilisasi Agustus akan turun ke level 50 persen karena industri keramik tidak memiliki ketersediaan ruang gudang dan tentunya juga gangguan cash flow," katanya kepada Bisnis, Senin (19/7/2021).

Dengan demikian, Edy menyebut pengurangan kapasitas produksi tidak akan bisa dihindari. Meski demikian, ASAKI akan berupaya tidak melakukan pengurangan karyawan ke depan.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan utilisasi industri semen nasional saat ini terbantu dengan adanya kinerja ekspor. Utilisasi pun tercatat di level 61 persen atau meningkat 10 persen dari utilitas tanpa ekspor.

Alih-alih menyoal PPKM Darurat, industri semen lebih mengkhawatirkan implementasi wacana pajak karbon pada tahun depan. Pasalnya akan ada tambahan biaya produksi sekitar US$4 per ton semen.

Sejalan dengan hal itu, maka daya saing industri semen akan melemah dan kalah dengan negara pesaing yang tidak menerapkan pajak karbon. Padahal sejauh ini ekspor semen terbukti mampu mengungkit kinerja industri secara keseluruhan.

Prinsipnya, Widodo masih optimistis target tahun ini akan tercapai dan sudah dapat kembali pulih seperti periode 2019. Dalam catatan Bisnis, konsumsi domestik pada 2019 mencapai 69,8 juta ton dengan kinerja ekspor di posisi 6,4 juta ton.

Sementara tahun ini, Widodo menargetkan total produksi semen pada akhir 2021 dapat mencapai 76,2 juta ton dan utilisasi industri hingga akhir tahun tercapai 65,5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper