Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bahana Sekuritas menilai reformasi perpajakan dibutuhkan untuk menghindari pemeringkatan negatif terhadap utang Indonesia dalam jangka menengah.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menyampaikan peringkat Indonesia saat ini dalam keadaan yang sehat, namun tidak menutup kemungkinan ke depan akan turun menjadi negatif.
Belum lama ini, Fitch Ratings memangkas prospek BBB Filipina menjadi ‘negatif’ dari ‘stabil’. Hal ini memicu aksi jual di pasar obligasi dan ekuitas di negara tersebut.
Penurunan peringkat itu pun serupa dengan penurunan peringkat Malaysia menjadi BBB+ dari A- pada Desember 2020, dengan alasan melemahnya kredit seperti utang pemerintah terhadap PDB dan pendapatan, serta ketidakpastian politik yang berkepanjangan di negara itu.
Fitch Rating mencatat Indonesia masih berada di kategori favorable atau ‘BBB stable’ di sisi pertumbuhan ekonomi dan rasio utang.
Menurut Satria, kondisi makroekonomi Indonesia yang jauh lebih baik dari Filipina membuat peringkat utang kita tidak akan langsung menghadapi penurunan ke tingkat BBB-
Baca Juga
“Kredibilitas pemerintah dan arah kebijakan, seperti upaya untuk menekan defisit anggaran melalui perluasan basis pajak dan meningkatkan efisiensi pengeluaran, akan memegang kunci untuk tindakan pemeringkatan di masa mendatang,” katanya, rabu (14/7/2021).
Adapun, Fitch memperkirakan defisit anggaran Indonesia dapat ditekan hingga 4 persen pada 2022 mendatang. Fitch menilai, kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih kuat dan memiliki prospek yang positif.