Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-Gara Covid-19 dan Brexit, Moody’s Pangkas Peringkat Utang Inggris

Moody’s memangkas peringkat utang Inggirs ke Aa3 dengan prospek stabil, menyusul pelemahan pertumbuhan ekonomi, tekanan fiskal, serta pelemahan institusi dan pemerintahan.
Monitor menampilkan nama Moody's Corp./ Bloomberg - Michael Nagle
Monitor menampilkan nama Moody's Corp./ Bloomberg - Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga pemeringkat global, Moody’s Investors Service memangkas peringkat utang Inggris menyusul meningkatnya kekhawatiran penyebaran virus corona dan ketidakpastian atas perundingan pasca-Brexit dengan Uni Eropa.

Dilansir dari Bloomberg, Moody’s memangkas peringkat utang Inggirs ke Aa3 dengan prospek stabil, menyusul pelemahan pertumbuhan ekonomi, tekanan fiskal, serta pelemahan institusi dan pemerintahan.

Pandemi virus corona telah menekan keuangan publik, dengan pemerintah menghabiskan puluhan miliar untuk menggelontorkan stimulus guna menopang tenaga kerja dan ekonomi yang mengalami mengalami kontraksi kuartalan terbesar yang pernah ada.

Pandemi telah mendorong utang nasional di atas 2 triliun pound (US$2,6 triliun), atau lebih dari 100 persen dari produk domestik bruto (PDB).

“Bahkan sebelum guncangan yang disebabkan oleh virus corona, gabungan rendahnya pertumbuhan produktivitas sejak krisis keuangan global, investasi bisnis yang lesu sejak referendum Uni Eropa pada Juni 2016, serta ketidakpastian yang berkepanjangan atas hubungan perdagangan di masa depan dengan UE membebani pertumbuhan di Inggris. kinerja," ungkap Moody's, seperti dikutip Bloomberg.

Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak mengatakan pihaknya memiliki tanggung jawab untuk memperbaikin keuangan publik. Namun, sejumlah ekonom dan Dana Moneter International (IMF) memperingatkan adanya risiko tekanan ekonomi lebih lanjut jika dukungan fiskal ditarik terlalu cepat.

Moody’s mengatakan kenaikan tingkat untang menimbulkan risiko keterjangkauan utang di tahun-tahun mendatang.

Sementara itu, perekonomian Inggris menghadapi tekanan lebih lanjut menjelang akhir proses transisi dari Uni Eropa.

Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan pada hari Jumat bahwa Inggris sekarang akan bersiap untuk meninggalkan pasar tunggal dan serikat pabean Uni Eropa tanpa kesepakatan perdagangan bebas baru.

Ia mengatakan UE menolak menawarkan persyaratan yang cukup baik, namun mengakui Inggris selalu bersedia mendengar dari UE jika para pemimpin blok tersebut memberikan perubahan mendasar dalam persyaratan.

“Dinamika struktural jangka panjang yang negatif telah diperburuk oleh keputusan untuk meninggalkan UE dan oleh ketidakmampuan Inggris untuk mencapai kesepakatan perdagangan dengan blok tersebut,” kata Moody's.

Ekonom Bloomberg, Dan Hanson, mengatakan dalam jangka pendek, Brexit tanpa kesepakatan dapat menggerus PDB Inggris hingga 1,5 persen dan membuat tingkat pertumbuhan ekonomi Inggris turun 0,2 poin di masa mendatang.

Sebelum Moody’s Fitch Ratings juga telah menurunkan peringkat utang Inggris menjadi AA- pada bulan Maret, dengan alasan melemahnya keuangan publik yang disebabkan oleh dampak wabah Covid-19. Sementara itu, S&P Global Ratings memberikan peringkat AA terhadap Inggris. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper