Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan penghiliran ekonomi digital dapat menekan rasio biaya logistik nasional terhadap total PDB. Indonesia bahkan bisa menyamai level rasio biaya logistik Malaysia pada 2024.
Lutfi menjelaskan bahwa rasio logistik terhadap PDB Indonesia sempat menyentuh 26 persen pada 2014. Angka ini perlahan turun menjadi 23 persen seiring dengan pembangunan infrastruktur penghubung di berbagai pulau.
“Pada 2019 kami hitung turun, tetapi tidak signifikan dan menjadi 23 persen karena ada jalanan yang belum difinalisasi,” kata Lutfi dalam Bisnis Indonesia Mid-Year Economic Outlook, Rabu (7/7/2021).
Jika proses pembangunan rampung, Lutfi mengatakan rasio biaya logistis bisa ditekan menjadi 16 persen pada 2024. Tetapi, rasio ini bisa semakin ditekan dengan adanya penghiliran ekonomi digital.
“Kami hitung dengan adanya hilirisasi digital ekonomi, kita akan peer dengan Malaysia yakni antara 13 sampai 14 persen. Rasio ongkos logistik ke PDB akan berkurang karena dihubungkan dengan platform digital,” imbuhnya.
Efisiensi biaya logistik ini, kata Lutfi, akan diikuti dengan aktivitas perekonomian yang memanfaatkan platform digital. Dia memberi contoh pada industri nanas di kawasan Sumatra yang berpotensi menjangkau lebih banyak konsumen dengan dukungan platform digital dan logistik yang mumpuni.
Baca Juga
Ekonomi digital Indonesia berpeluang tumbuh sampai 8 kali lipat pada 2030. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari kenaikan PDB total yang berada di level 1,5 kali lipat dalam kurun 2020 sampai 2030.
Lutfi mengatakan transaksi ekonomi digital tercatat mencapai Rp632 triliun pada 2020. Dengan potensi peningkatan 8 kali lipat, nilai ekonomi digital Indonesia pada 2030 bisa menyentuh Rp4.531 triliun.
Mengacu pada sektor, perdagangan digital bakal menjadi penyumbang terbesar bagi nilai ekonomi digital dengan nilai menyentuh Rp1.908 triliun pada 2030. Posisi e-commerce disusul oleh online travel senilai Rp575 triliun, online media Rp191 triliun, layanan ride hailing Rp401 triliun, dan fintech Rp224 triliun.