Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan ekonomi digital Indonesia berpeluang tumbuh sampai 8 kali lipat pada 2030. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari kenaikan PDB total.
Lutfi mengatakan transaksi ekonomi digital tercatat mencapai Rp632 triliun pada 2020, dengan potensi peningkatan 8 kali lipat pada 2030, atau menyentuh Rp4.531 triliun.
Tingkat pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDB yang diprediksi naik 1,5 kali lipat dalam 10 tahun ke depan, atau dari Rp15.400 triliun pada 2020 menjadi Rp24.000 triliun pada 2030.
“Ekonomi digital akan tumbuh delapan kali lipat menjadi Rp4.531 triliun. Ini akan menjadi pertumbuhan luar biasa,” kata Lutfi saat menjadi pembicara kunci dalam Bisnis Indonecia Mid-Year Economic Outlook, Rabu (7/7/2021).
Lutfi mengatakan ekonomi digital Indonesia pada 2030 akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan nilai yang 6 kali lebih besar dari Malaysia, 5 kali lebih besar dari Filipina, dan sekitar 6 kali lipat lebih tinggi dari Singapura.
Mengacu pada sektor, perdagangan digital (e-commerce) bakal menjadi penyumbang terbesar bagi nilai ekonomi digital dengan nilai menyentuh Rp1.908 triliun pada 2030. Posisi e-commerce disusul oleh online travel senilai Rp575 triliun, dan online media Rp191 triliun, layanan ride hailing Rp401 triliun, dan fintech Rp224 triliun.
“Untuk e-commerce sejauh ini masih didominasi oleh pemain lokal dengan porsi 54 persen. Sementara sisanya oleh pemain cross border [asing],” kata Lutfi.
Adapun hal tersebut disampaikan Mendag Lutfi dalam acara virtual Bisnis Indonesia Economic Outlook bertajuk Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus dan Vaksinasi.
Hari ini, Rabu (7/7/2021) merupakan hari kedua webinar yang khusus membahas sektor riil, setelah pada hari pertama membahas mengenai kondisi sektor finansial.
Hadir sebagai pembicara utama pada hari ini Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi yang akan menyampaikan Ministerial Lecture. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan RI Luky Alfirman menjadi Keynote Speaker.