Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Varian Delta Beri Tekanan Baru untuk Mata Uang Negara Berkembang

Menurut Credit Agricole CIB, negara-negara yang tertinggal dalam tingkat vaksinasi, seperti Afrika Selatan dan Rusia, mungkin merasakan tekanan karena mereka memperketat pembatasan yang akan merugikan kegiatan ekonomi.
Karyawan menunjukan Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah mata uang pasar berkembang telah berhasil mempertahankan keuntungan terhadap dolar tahun ini.

Namun, daftar itu mungkin akan menyusut dalam beberapa minggu mendatang karena varian delta yang sangat menular memberi tekanan baru untuk negara-negara berkembang.

Menurut Credit Agricole CIB, negara-negara yang tertinggal dalam tingkat vaksinasi, seperti Afrika Selatan dan Rusia, mungkin merasakan tekanan karena mereka memperketat pembatasan yang akan merugikan kegiatan ekonomi.

Rand dan rubel pernah berperforma terbaik tahun ini, tetapi kemudian menjatuhkan indeks mata uang pasar berkembang lebih rendah pada Juni untuk pertama kalinya dalam tiga bulan.

“Pencapaian dalam hal vaksinasi akan semakin menjadi faktor pembeda di antara pasar negara berkembang di paruh kedua. Dampak penyebaran lebih lanjut dari varian virus akan sangat bervariasi tergantung pada tingkat vaksinasi, serta faktor ekonomi dan politik," kata Sebastien Barbe, kepala strategi pasar berkembang di Credit Agricole, dilansir Bloomberg, Senin (5/7/2021).

Baik rand Afrika Selatan dan peso Kolombia mengalami penurunan karena lonjakan kasus Covid-19, yang menjaga ekspektasi untuk kebijakan moneter yang lebih ketat.

Virus ini juga mendatangkan malapetaka pada ekonomi mereka, pembatasan yang lebih ketat menekan ekonomi Afrika Selatan yang terhuyung-huyung dari kontraksi terburuknya dalam satu abad, sementara keputusan Kolombia untuk mengesampingkan rencana untuk menaikkan pajak membuatnya mendapat penurunan peringkat menjadi sampah dari Fitch Ratings.

Mata uang Afrika Selatan dan Kolombia adalah yang paling rentan karena bank sentral mereka tidak menaikkan suku bunga untuk membangun bantalan suku bunga riil terhadap AS, menurut Ed Al-Hussany, analis suku bunga dan mata uang senior di Columbia Investasi Threadneedle di New York.

Hal yang menambah tekanan yakni prospek pengeluaran fiskal yang lebih tinggi dan risiko arus keluar setelah investor global yang haus imbal hasil berbondong-bondong ke aset negara tahun ini.

Sebagai perbandingan, real Brasil dan peso Meksiko akan lebih tangguh karena bank sentral mereka memperketat kebijakan. Real telah melampaui semua mata uang negara berkembang tahun ini bahkan ketika kasus Covid-19 tetap pada rekor tertinggi.

Sementara itu, penyebaran varian delta juga berdampak pada Asia Tenggara. MUFG Bank Ltd. memperkirakan pendapatan pariwisata yang lesu akan membebani baht Thailand. Rupiah Indonesia jatuh ke level terlemahnya sejak April karena negara itu memberlakukan pembatasan paling ketat di pusat-pusat ekonomi di Jawa dan Bali.

Data ekonomi mendukung pembagian tersebut, indeks manajer pembelian di Rusia dan Afrika Selatan, bersama dengan indeks di negara-negara Asia dengan tingkat vaksinasi yang relatif rendah, turun pada bulan Juni. Mata uang negara berkembang Eropa Timur dan Amerika Latin, di mana program inokulasi lebih maju, kebanyakan naik.

Hal itu dapat meningkatkan tekanan pada bank sentral negara berkembang untuk tetap akomodatif karena Federal Reserve mulai membahas penarikan stimulus. Ini juga dapat memperdalam kesenjangan antara pasar negara berkembang dan pasar maju.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper