Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Manufaktur Asia Tersandung Lonjakan Kasus Virus Covid

Peningkatan infeksi Covid-19 baru-baru ini dan tindakan penahanan terkait sekali lagi mengurangi permintaan, menghambat produksi, dan mengganggu rantai pasokan.
Manufaktur China/Bloomberg
Manufaktur China/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas manufaktur di Asia mengalami sandungan dalam pemulihan ekonomi karena pandemi terus membebani produksi ditambah dengan lambatnya vaksinasi.

Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur Malaysia turun menjadi 39,9 pada Juni, terendah dalam lebih dari setahun, dari bulan sebelumnya 51,3. Vietnam dan India, yang telah berjuang melawan kebangkitan virus baru-baru ini, tergelincir di bawah level 50 yang memisahkan ekspansi dan kontraksi.

"Peningkatan infeksi Covid-19 baru-baru ini dan tindakan penahanan terkait sekali lagi mengurangi permintaan, menghambat produksi, dan mengganggu rantai pasokan di Malaysia," kata Chris Williamson, kepala ekonom bisnis di IHS Markit, dilansir Bloomberg, Kamis (1/7/2021).

Dia melanjutkan perusahaan semakin khawatir tentang potensi dampak gelombang virus lebih lanjut.

Sementara itu, Korea Selatan dan Taiwan, kekuatan ekspor yang terus diuntungkan dari ledakan siklus elektronik dan lonjakan permintaan semikonduktor, tetap berada di wilayah ekspansi, masing-masing di angka 53,9 dan 57,6.

Mesin ekspor Asia berjuang untuk meminimalkan gangguan pada produksi ketika virus menyebar di beberapa bagian kawasan, termasuk lonjakan baru-baru ini di Malaysia, Indonesia, dan Vietnam. Perdagangan global tetap menjadi penarik bagi pertumbuhan ekonomi, bahkan ketika biaya pengiriman tetap tinggi.

Ekspansi yang relatif stabil di China merupakan keuntungan bagi negara-negara Asia lainnya, yang sebagian besar bergantung pada negara itu sebagai mitra dagang utamanya.

PMI manufaktur Caixin dan IHS Markit untuk China turun menjadi 51,3 dari 52. Sedangkan PMI manufaktur resmi China, menurut Biro Statistik Nasional, sedikit berubah menjadi 50,9 pada Juni, menandai ekspansi ke-16 bulan berturut-turut.

PMI nonmanufaktur, yang mengukur aktivitas di sektor konstruksi dan jasa, turun menjadi 53,5 dari 55,2, sebagian besar karena wabah virus di beberapa bagian negara.

Ekspor dari Korea Selatan, pemimpin utama untuk perdagangan global, naik lebih dari yang diharapkan pada Juni.

"Ada banyak investasi yang saat ini sedang dilakukan untuk mengatasi kekurangan pasokan global relatif terhadap permintaan semikonduktor, termasuk seputar konflik teknologi AS-China. Pasokan ekstra tidak akan mengalir dengan cepat,” bahkan ketika permintaan elektronik tetap kuat," kata Rob Carnell, kepala penelitian Asia-Pasifik di ING Groep di Singapura.

Di Jepang, di mana PMI au Jibun Bank dan IHS Markit turun ke angka 52,4 dari 53 pada Mei, prospek bisnis tumbuh lebih optimistis, dengan sentimen di level terkuat sejak seri dimulai pada Juli 2012.

Angka itu cocok dengan survei Tankan Bank of Japan yang menunjukkan kepercayaan di antara produsen besar Jepang meningkat untuk kuartal keempat berturut-turut ke level tertinggi sejak 2018, bahkan ketika pembatasan virus tetap berlaku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper