Bisnis.com, JAKARTA – Harga rumah dan apartemen di Jakarta sepanjang kuartal I/2021 menurun, menurut Rumah.com Indonesia Property Market Index-Harga (RIPMI-H).
Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan dalam RIPMI-H, harga properti di Jakarta rata-rata turun di level 0,44 persen secara kuartalan (quarter-to-quarter).
"Wilayah-wilayah di DKI Jakarta mengalami penurunan secara merata di kisaran 0,44 persen per kuartal," ujarnya dalam siaran pers pada Rabu (30/6/2021).
Wilayah dengan penurunan harga terbesar adalah Jakarta Pusat, yang sebesar 1,52 persen (qtq) pada kuartal pertama 2021. Sementara itu, Jakarta Selatan turun sebesar 1,19 persen qtq.
Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan merupakan kawasan properti kelas atas. Kedua wilayah ini memiliki harga per meter persegi yang tertinggi di antara wilayah Jakarta.
Menurut Marine, penurunan harga di kedua wilayah itu masih terbilang wajar karena permintaan untuk harga di kisaran ini memang sedang rendah. "Turunnya harga di kedua wilayah Jakarta ini terjadi baik di segmen rumah tapak maupun apartemen."
Marine menuturkan untuk wilayah Jakarta terjadi ketidaksesuaian antara anggaran dan preferensi. Harga properti yang tinggi di wilayah Jakarta tidak mampu dicapai oleh kebanyakan pencari properti hunian saat ini.
Data Rumah.com menunjukkan permintaan properti hunian terbanyak masih berasal dari kisaran harga Rp300 juta hingga Rp1,5 miliar. Sementara itu, harga properti hunian di Jakarta saat ini dimulai dari Rp2,2 miliar ke atas.
“Jika dilihat, kisaran harga yang dicari masih belum sesuai dengan lokasi yang diinginkan. Mayoritas pencarian hunian di Jabodetabek menginginkan lokasi di Jakarta, tetapi mayoritas pencarian berdasarkan harga maksimal hanya Rp1 miliar. Sementara kita tahu, terutama jika berbicara rumah tapak, konsumen harus menyediakan dana setidaknya Rp2,5 miliar untuk bisa memiliki rumah tapak di Jakarta,” papar Marine.
Indeks Suplai Tertahan
Di sisi lain, pertumbuhan indeks suplai di Jabodetabek tertahan. Sejumlah kota menunjukkan pertumbuhan suplai yang melambat jika dibandingkan kuartal sebelumnya.
RIPMI-S Bekasi pada kuartal pertama tahun ini berada pada angka 177,0 atau naik 3,8 persen dari kuartal sebelumnya. Pertumbuhan suplai ini melambat jika dibandingkan dengan kuartal keempat 2020 yang tumbuh 25,2 persen qtq.
RIPMI-S Kabupaten Tangerang berada pada angka 243,7 dengan kenaikan 7,23 persen (qtq), juga melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang naik sebesar 12,13 persen (qtq).
Menurut Marine, melambatnya pertumbuhan suplai properti bisa disebabkan oleh sikap wait and see para pengembang.
Dia mengatakan kuartal sebelumnya sepertinya menjadi momen pengembang dan penyedia suplai meluncurkan suplai propertinya yang sempat tertahan sejak kuartal II/2020 akibat pandemi.
“Oleh karena itu, kita melihat lonjakan suplai yang cukup besar. Kuartal ini menjadi fase normalisasi dengan pengembang fokus untuk memasarkan suplai yang masih tersisa dari kuartal sebelumnya," ucapnya.