Bisnis.com, JAKARTA - Regulator China menutup lebih banyak tambang batu bara di tengah setelah berbagai insiden kecelakaan di sejumlah area tambang. Kebijakan ini diambil di tengah kekhawatiran harga batu bara yang terus naik.
Padahal, China masih mengunakan batu bara untuk menopang setengah kebutuhan energi di wilayahnya.
Hubei telah menghentikan semua operasi penambangan batu bara dari 15 Juni hingga 5 Juli setelah ledakan pipa gas di provinsi tersebut menewaskan 25 orang pada 13 Juni, menurut sebuah pernyataan dari pemerintah setempat.
Sebelumnya Anyuan Coal Industry Group Co. pada Jumat pekan lalu menghentikan lima tambang di provinsi Jiangxi dari 21 Juni hingga 4 Juli.
Penutupan tambang mengikuti serentetan kecelakaan mematikan dan bertepatan dengan perayaan nasional peringatan 100 tahun berdirinya Partai Komunis China, yang dimulai 1 Juli. Penghentian tersebut menekan produksi domestik bahkan ketika aktivitas industri yang kuat dan suhu tinggi meningkatkan permintaan.
“Puncak musim panas tahun ini mungkin menjadi tahun tersulit dalam sejarah untuk menjaga pasokan. Harga batubara akan tetap pada level tinggi,” kata Fengkuang Coal Logistics dalam catatannya, dilansir Bloomberg, Senin (21/6/2021).
Baca Juga
Batubara termal berjangka di Zhengzhou Commodity Exchange naik sebanyak 2,9 persen menjadi 859,2 yuan per ton, setelah mencapai rekor bulan lalu.
Kenaikan harga telah menyebabkan spekulasi intervensi pemerintah di pasar. Badan perencanaan ekonomi utama China secara khusus menyebutkan batu bara dan mengulangi janjinya untuk menstabilkan komoditas, dan pemerintah sedang mempertimbangkan upaya untuk menetapkan batasan harga pada bahan bakar.
Pusat pertambangan Yulin provinsi Shanxi akan membentuk mekanisme untuk mengatur harga jual untuk semua penambang di wilayah tersebut. Harga akan berubah setiap minggu, berdasarkan tolok ukur Qinghuangdao.
Yulin telah menguji batas harga batu bara sebagai bagian dari pembatasan harga yang sedang dipertimbangkan oleh pemerintah.