Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Besok Rilis Neraca Perdagangan Mei 2021, CORE Indonesia Proyeksi Surplus

Kendati surplus, CORE Indonesia melihat adanya penurunan tingkat eskpor dan impor secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Mei 2021 yang disebabkan oleh faktor musiman yaitu Idulfitri.
Petugas dibantu alat berat memindahan kontainer dari kapal ke atas truk pengangkut di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Selasa (17/5). JIBI/Bisnis/Dwi Prasetya
Petugas dibantu alat berat memindahan kontainer dari kapal ke atas truk pengangkut di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Selasa (17/5). JIBI/Bisnis/Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal memperkirakan tren surplus Neraca Perdagangan Indonesia masih akan berlanjut hingga akhir tahun 2021.

Meski begitu, dia melihat adanya penurunan tingkat eskpor dan impor secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Mei 2021 yang disebabkan oleh faktor musiman yaitu Idulfitri.

Faisal menjelaskan libur saat Idulfitri menjadi faktor yang menyebabkan turunnya nilai ekspor dan impor Indonesia.

“Secara umum surplus masih akan kita alami sampai akhir tahun, tapi untuk Mei perlu diperhatikan karena faktor seasonal lebaran. Jadi biasanya di bulan-bulan ada momentum lebaran ada libur dan sebagainya, ini biasanya ekspor maupun impor akan drop. Itu setiap tahun begitu,” ujar Faisal kepada Bisnis, Senin (14/6/2021).

Terkait dengan komoditasnya, Faisal memperkirakan hampir seluruh komoditas di seluruh kategori eskpor dan impor akan mengalami penurunan secara bulanan (mtm) karena faktor libur Idulfitri.

Lebih lanjut, dia meyakini eskpor dan impor pada Mei 2021 diperkirakan akan meningkat jika dibandingkan dengan Mei 2020 atau secara tahunan (year-on-year/yoy). Secara tahunan (yoy), Faisal memperkirakan eskpor komoditas dan manufaktur khususnya logam dasar akan mengalami kenaikan.

Sementara untuk impor, peningkatan diperkirakan disebabkan oleh seluruh kategori barang yaitu barang konsumsi, barang modal, barang bahan baku, dan bahan penolong yang naik secara tahunan (yoy).

Faisal menyebut neraca perdagangan pada saat Idulfitri biasanya merupakan anomali, dan biasanya tidak menggambarkan pola secara keseluruhan pada sepanjang tahun tersebut.

Dia mencontohkan pada saat menjelang Idulfitri tahun lalu yaitu April 2020, terjadi defisit neraca perdagangan sementara terjadi surplus di bulan-bulan yang lainnya.

“Kalau di bulan Mei ini, intinya pola yang tadi. Kalau surplus dan defisitnya itu tidak terlalu berpengaruh. Bisa surplus bisa defisit, tapi tipis,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper