Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2021 diperkirakan akan mencetak surplus yang lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
VP Economist PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede memprediksi surplus neraca dagang pada periode tersebut akan mencapai US$2,33 miliar, naik dari April 2021 sebesar US$2,19 miliar.
Josua menyampaikan, pendorong surplus yang lebih tinggi tersebut adalah naiknya harga barang komoditas unggulan di Indonesia, seperti batu bara, CPO, dan emas.
Namun di sisi lain, dampak dari peningkatan harga komoditas ini tertahan karena terjadi penurunan PMI manufaktur di negara mitra dagang Indonesia, terutama di Jepang dan India.
“Penurunan PMI manufaktur dari 2 negara mitra dagang Indonesia, Jepang dan India, yang diakibatkan oleh masih meningkatnya kasus Covid-19 di negara tersebut,” katanya kepada Bisnis, Minggu (13/6/2021).
Josua juga memperkirakan kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Mei 2021 akan mengalami peningkatan yang signifikan, sebagai dampak dari kontraksi yang dalam pada tahun lalu.
Baca Juga
Kinerja ekspor secara tahunan diperkirakan akan tumbuh sebesar 54,51 persen (year-on-year/yoy), sementara kinerja impor diperkirakan tumbuh lebih tinggi 63,80 persen yoy.
Josua menjelaskan, kondisi ini berbeda jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19. Jika dilihat secara historis, nilai nominal ekspor dan impor pada bulan Mei cenderung mengalami penurunan secara bulanan karena volume yang menurun setelah periode Ramadan dan Idulfitri.
“Kenaikan yang tinggi ini cenderung disebabkan oleh low base effect pada tahun yang lalu karena pada tahun lalu volume perdagangan sangat rendah di masa awal pandemi,” jelasnya.