Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Asean Terus Melaju, Indonesia Memimpin

Angka PMI Asean berada pada 51,8 pada Mei, sedikit menurun dari bulan sebelumnya sebesar 51,9. Namun, Indonesia memimpin dengan angka PMI 55,3.
Aktivitas karyawan di pabrik karoseri truk di kawasan industri Bukit Indah City, Purwakarta, Jawa Barat, belum lama ini. /Bisnis-NH
Aktivitas karyawan di pabrik karoseri truk di kawasan industri Bukit Indah City, Purwakarta, Jawa Barat, belum lama ini. /Bisnis-NH

Bisnis.com, JAKARTA - Sektor manufaktur Asean terus berada di jalur pemulihan pada Mei 2021. Terbukti, Purchasing Managers’ Index (PMI) dari IHS Markit menunjukkan baik output maupun permintaan baru naik selama 3 bulan berturut-turut, dengan tingkat pertumbuhan yang sedikit melambat tetapi masih kuat secara keseluruhan.

Angka PMI Asean berada pada 51,8 pada Mei, sedikit menurun dari bulan sebelumnya sebesar 51,9. Indonesia memimpin dengan angka PMI 55,3. Angka yang dicetak Indonesia merupakan perolehan tertinggi sepanjang sejarah pencatatan PMI untuk Tanah Air. 

Namun, tekanan pada rantai pasokan terus berlanjut, dengan waktu pemenuhan pesanan rata-rata untuk input diperpanjang hingga kisaran terbesar selama setahun.

Lewis Cooper, Ekonom IHS Markit, mengatakan sektor manufaktur Asean terus membaik selama Mei, dengan kenaikan output dan pekerjaan baru bertahan. Tingkat pertumbuhan sedikit melambat pada bulan ini, tetapi masih kuat secara umum.

"Namun, rantai pasokan masih di bawah tekanan yang parah, dengan penundaan paling banyak selama setahun, sementara itu harga input kembali meningkat di angka tertinggi sejak bulan November 2013," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (2/6/2021).

Pertumbuhan PMI Indonesia yang mencapai rekor tertinggi 55,3 mengarah pada kondisi yang meningkat tajam. Pertumbuhan berkelanjutan juga tercatat di Vietnam, meskipun angka PMI sedikit merosot dari posisi tertinggi dua setengah tahun pada April. Meskipun demikian, pada angka 53,1, PMI menunjukkan pertumbuhan yang solid.

Sementara itu, Singapura menyaksikan pertumbuhan kembali, diikuti dengan sedikit penurunan pada April. Indeks PMI tercatat 51,7, merupakan angka tertinggi selama tiga bulan dan menunjukkan peningkatan ringan pada kondisi manufaktur secara keseluruhan. Negara konstituen lain yang menunjukkan pertumbuhan pada Mei adalah Malaysia.

Di Malaysia, indeks tetap berada di atas 50,0 selama 2 bulan berjalan, meskipun tingkat pertumbuhan terlihat berkurang pada bulan tersebut. PMI Malaysia berada di angka 51,3 pada Mei.

Di negara lain, kondisi manufaktur di Filipina secara umum stabil setelah adanya kontraksi pada April, dengan PMI yang tercatat sedikit di bawah 50,0, yaitu 49,9. Sementara itu, Thailand melihat penurunan baru selama Mei, dengan angka yang jatuh ke posisi terendah tiga bulan yaitu pada angka 47,8.

Terakhir, penurunan di Myanmar berlanjut pada pertengahan triwulan kedua. Tingkat kontraksi melambat selama dua bulan berturut-turut, namun masih tergolong parah secara umum (PMI di angka 39,7).

Secara keseluruhan, sektor manufaktur Asean menyaksikan pertumbuhan berkelanjutan pada Mei. Pusat kenaikan terbaru adalah ekspansi lebih lanjut pada output dan permintaan baru.

“Di tingkat nasional, data bulan Mei mengarah pada gambaran yang tidak merata, dengan rekor ekspansi di Indonesia berlawanan dengan penurunan parah di Myanmar, meskipun empat dari tujuh negara mengalami pertumbuhan pada Mei," lanjutnya.

Dia melanjutkan, secara keseluruhan, data Mei mengarah pada performa lain yang layak di sektor manufaktur Asean, dengan pertumbuhan berkelanjutan membantu mencapai kembali posisi yang hilang selama pandemi.

Terkait permintaan baru, tingkat kenaikan hanya melambat sedikit dari posisi tertinggi dalam delapan bulan pada April dan tetap kuat secara keseluruhan sehingga, produksi pabrik naik selama tiga bulan berturut-turut. Tingkat pertumbuhan output melambat pada bulan tersebut, namun menjadi yang terkuat kedua sejak bulan Mei 2018.

Sejalan dengan syarat produksi yang lebih besar, perusahaan kembali menaikkan aktivitas pembelian pada Mei. Tingkat kenaikan melambat pada bulan ini, tetapi masih tergolong sedang secara keseluruhan.

Namun, pasokan barang masih terus menyusut, dengan penurunan yang semakin cepat sejak April. Sebagian didorong oleh gangguan pasokan yang lebih parah, dengan penundaan meluas selama setahun.

Data Mei menggarisbawahi bukti lanjutan tentang tekanan kapasitas pada perusahaan Asean pada Mei, dengan penumpukan pekerjaan yang meningkat selama tiga bulan berturut-turut.

Kendati demikian, tingkat akumulasi penumpukan pekerjaan masih di tingkat marginal. Di saat yang sama, perusahaan mengurangi tingkat penyusunan staf mereka, sehingga memperpanjang periode PHK menjadi dua tahun. Tetapi, tingkat penurunan masih berkisar kecil.

Adapun, tingkat inflasi harga input masih tidak berubah sejak April dan termasuk gabungan yang paling tajam sejak bulan November 2013. Akibatnya, perusahaan kembali menaikkan harganya pada bulan Mei, namun tingkat kenaikan sedikit melambat dari dua setengah tahun pada April.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper