Bisnis.com, JAKARTA - China mengisyaratkan toleransinya terhadap reli yuan yang kian memudar, setelah dua surat kabar yang dikelola pemerintah menandai risiko yang dipicu oleh kenaikan mata uang tersebut.
Kenaikan yuan adalah cerminan dari spekulasi jangka pendek dan mungkin tidak akan bertahan lama, kata Sheng Songcheng, mantan direktur departemen statistik bank sentral China, dalam sebuah wawancara dengan Kantor Berita resmi Xinhua pada hari Minggu (30/5/2021).
Secara terpisah, Financial News yang didukung People’s Bank of China mengatakan dalam editorialnya bahwa mata uang dapat terdepresiasi di masa depan karena faktor-faktor seperti pengetatan di AS dan inflasi yang terus mengalahkan ekspektasi.
Komentar tersebut mengikuti perubahan halus dalam sikap pembuat kebijakan pada akhir minggu lalu setelah pesan sebelumnya tampaknya menunjukkan toleransi yang lebih besar untuk mata uang yang lebih kuat. Yuan yang naik dengan cepat dapat meningkatkan pengawasan di pasar keuangan global, terutama pada saat dolar kehilangan momentum.
"PBOC tampaknya nyaman dengan arah yuan, hanya saja kecepatan kenaikannya yang didorong oleh spekulasi mata uang yang digunakan untuk mengekang inflasi impor," kata Fiona Lim, Analis Mata uang Senior di Malayan Banking Berhad di Singapura.
"Tingkat 6,20 masih mungkin selama 12 bulan ke depan terutama jika pelemahan dolar yang lebih luas membawa pasangan dolar-yuan ke level itu."
Baca Juga
Dengan ekonomi China yang pulih dari pandemi dan dana asing yang menumpuk ke pasar ekuitas dan obligasi negara, yuan telah menguat ke level tertinggi lima tahun terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang. Yuan telah naik tahun ini terhadap semua kecuali enam dari 31 mata uang utama yang dilacak oleh Bloomberg, dan merupakan pemain terbaik Asia.
China harus mencegah arus masuk jangka pendek yang besar, yang dapat mendongkrak yuan, merusak daya saing eksportir dan memengaruhi operasi independen pasar keuangan dan kebijakan moneter negara itu, ungkap Sheng.
Kemungkinan arus masuk ke AS dari pasar negara berkembang dan pemulihan ekonomi global yang kuat akan menimbulkan risiko bagi ekspor China, berpotensi melemahkan yuan, menurut editorial dari Financial News.
Apresiasi yang cepat dalam mata uang malah akan merugikan kepentingan eksportir, terutama yang lebih kecil dan China memiliki alat kebijakan yang cukup untuk menstabilkan yuan dan menyeimbangkan arus masuk lintas batas.
Yuan lepas pantai turun untuk pertama kalinya dalam empat sesi pada hari Senin, turun 0,1 persen menjadi 6,3694 per dolar. Sementara itu, yuan tercatat telah naik 1,6 persen pada bulan Mei menuju kenaikan bulanan terbesar sejak November.
PBOC akan memandu ekspektasi yuan dengan tepat, dan nilai tukar akan terus ditentukan oleh penawaran dan permintaan pasar, serta perubahan di pasar keuangan global.