Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Senior Chatib Basri menilai ketidaksetaraan distribusi vaksin Covid-19 secara global dapat menghambat pemulihan ekonomi dunia. Menurut Chatib, ketidaksetaraan tersebut disebabkan oleh negara-negara kaya yang mengontrol setengah dari total produksi vaksin.
Dalam wawancaranya dengan Age of Economics (23/5/2021), Chatib merujuk pada laporan dari The Economist tentang 50 persen dari total produksi vaksin dunia yang dikontrol oleh negara-negara kaya dengan populasi kurang 15 persen dari total populasi di dunia.
"Dan untuk negara-negara berkembang atau negara emerging market, mengalami kesulitan dalam mendapatkan vaksin. Ketidaksetaraan dalam distribus [vaksin] akan membuat rumit pemulihan secara global," jelas Chatib dalam wawancaranya dengan Age of Economics yang dikutip Bisnis, Senin (24/5/2021).
Lalu, dengan adanya gelombang ketiga penyebaran virus (third wave) di beberapa negara, Chatib menilai wajar apabila banyak negara yang mengutamakan kepentingan mereka masing-masing, sehingga hal tersebut menyebabkan lahirnya nasionalisme vaksin atau vaccine nationalism.
"Situasi ini mengingatkan saya dengan game theory tentang dilema seorang tahanan, bahwa ketika semua pihak mencoba untuk melayani kepentingan diri mereka masing-masing, kita akan berada di situasi yang kurang optimal karena tidak ingin bekerja sama," ujarnya.
Maka itu, Mantan Menteri Keuangan era Presiden SBY tersebut mengatakan kerja sama adalah kunci untuk memecahkan masalah tersebut. Dia mengatakan berpasrah kepada mekanisme pasar semata, hanya akan membuat situasi semakin rumit.