Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Kuartal II Ditarget 7 Persen, Ekonom: Bukan Hal yang Sulit

Fithra menjelaskan, secara teknis ekonomi pada kuartal II/2021 akan mengalami pertumbuhan yang tinggi karena basis yang rendah pada kuartal II/2020 lalu, atau yang disebut dengan low based effect.
Suasana gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Suasana gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menilai target pertumbuhan ekonomi 7 persen pada kuartal II/2021 bukanlah hal yang sulit dicapai.

Menurutnya, penopang pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini masih dari sektor konsumsi dan beberapa faktor penopang lainnya, seperti perdagangan internasional.

Misalnya, pada perdagangan internasional, ekspor dan impor pada Maret 2021 mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan, dengan masing-masingnya tercatat tumbuh 30,47 persen dan 25,73 persen secara tahunan. Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh faktor low based effect.

“Kalau dibandingkan kuartal I/2020 dengan kuartal I/2021, maka itu [target 7 persen] bukan hal yang sulit untuk dicapai, tapi harus tetap dijaga variabelnya, yang paling signifikan adalah konsumsi,” katanya kepada Bisnis, Rabu (19/5/2021).

Sementara itu, sektor konsumsi yang berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia juga mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan, tercermin dari peningkatan indeks keyakinan konsumen.

IKK pada Februari 2021 tercatat telah kembali ke jalur optimis, yaitu sebesar 101,5. Tren tersebut membaik jika dibandingkan dengan 2020 lalu. Hal ini tentunya juga didorong oleh belanja masyarakat kelas menengah atas.

“Sepanjang 2020 kelas menengah atas menahan uangnya, membeli emas, atau masuk ke pasar saham, tapi tidak belanja di sektor riil, tercermin dari DPK [dana pihak ketiga] di perbankan yang naik hingga 2 digit,” jelasnya.

Di samping itu, indikator yang juga mendukung perbaikan konsumsi, di antaranya perbaikan kinerja di sektor ritel, peningkatan penjualan mobil sebagai dampak dari relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), serta konsumsi yang meningkat saat periode Ramadan dan Idulfitri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper