Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2021 telah menunjukkan tren perbaikan yang konsisten.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2021 masih mengalami kontraksi sebesar -0,74 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Meski masih tercatat negatif, kontraksi ekonomi pada periode tersebut mengecil dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tercatat -2,19 persen secara tahunan.
"Tadinya saya perkirakan -1 persen, ternyata lebih baik -0,74 persen, ini kita yakini output ke depan akan terus membaik dan ada percepatan [pemulihan],” katanya, Kamis (6/5/2021).
Piter mengatakan, capaian positif tersebut tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah, misalnya saja melalui stimulus pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) untuk mobil dan pajak pertambahan nilai untuk pembelian rumah.
Kebijakan tersebut juga didukung oleh Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di mana BI melonggarkan ketentuan ratio loan to value (LtV) untuk kredit properti, sehingga memunculkan daya dorong pada konsumsi masyarakat.
Baca Juga
“Hasil stimulus sudah kita alami. misalnya penjualan kendaraan bermotor ada lonjakan yang signifikan di Maret dan April ini, serta diikuti oleh penjualan properti," jelasnya.
Karena kedua sektor tersebut memiliki efek domino pada sektor selainnya, Piter mengatakan dampaknya pada industri juga meningkat signifikan, tercermin dari PMI manufaktur yang mencapai level tertinggi dalam dua bulan terakhir.
“Artinya manufaktur kita ini memiliki optimisme karena PMI manufaktur menunjukan gambaran pelaku industri ke depan, ini memperlihatkan mereka punya optimisme,” jelasnya.