Bisnis.com, JAKARTA — Industri farmasi mulai mewaspadi kondisi peningkatan kasus Covid-19 di India yang sudah diibaratkan seperti gelombang tsunami.
Melejit sejak Februari lalu, kini total kasus kumulatif telah mencapai 15 juta. Hal ini menjadikan India negara dengan infeksi terparah kedua setelah Amerika Serikat.
Kendati demikian, Menteri Perdagangan belum lama ini menyebut kegiatan ekspor dan impor dari Negara Bollywood masih berjalan lancar.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk. Vidjongtius mengatakan sampai April ini impor bahan baku obat (BBO) masih berjalan, tetapi perseroan mengantisipasi pada bulan berikutnya yang kemungkinan bisa lambat. Untuk itu, strategi menggandeng pemasok kedua akan segera dilakukan.
"Sebagai back up kami selalu ada second supplier dari negara lain. Bisa dari China, sekarang BBO juga masih lebih banyak dari China," katanya kepada Bisnis, Senin (3/5/2021).
Vidjongtius menyebut impor BBO dari India saat ini porsinya sekitar 10-15 persen. Adapun selain BBO, Kalbe sejak Oktober tahun lalu melakukan distribusi obat Covid-19 dari bekerjasama dengan PT Amarox Global Pharma (Amarox).
Baca Juga
Terkait hal tersebut, Vidjongtius juga belum khawatir akan ada kendala yang berarti karenan sistem stok perseroan. "Selalu ada keep stock yang cukup," ujarnya.
Obat remdesivir bernama Covifor dijual Rp1,5 juta per vial. Alur kerja sama ini yakni Covifor diproduksi oleh Hetero India, diimpor oleh Amarox dan dipasarkan serta didistribusikan oleh Kalbe di Indonesia.
Selain China, India menjadi negara alternatif dan andalan industri farmasi Tanah Air. Saat ini, 95 persen BBO masih harus impor.
Ketika awal Covid-19 merebak tahun lalu dan India melakukan lockdown, bahkan pemerintah harus melakukan pendekatan untuk pengamanan BBO secara G to G.
Sementara itu, Direktur Utama PT Indofarma Tbk. Arief Pramuhanto mengatakan hingga saat ini perseroan masih bisa melakukan impor dari India.
"Sampai sekarang kami masih bisa impor bahan baku obat dari India. Yang dilarang oleh pemerintah india adalah impor obat jadi khusus untuk Covid-19," ujarnya.
Adapun Indofarma saat ini menjadi distributor obat antivirus untuk pasien Covid-19 yakni Remdesivir dengan nama dagang Desrem™.
Obat tersebut dijual dengan harga Rp1,3 juta per vial ke rumah sakit untuk pasien kondisi sedang hingga berat. Tetapi, obat itu diproduksi oleh Mylan Laboratories Limited, atas lisensi dari Gilead Sciences Inc, Foster City dan United States of America.
Arief menyebut Remdesivir ini juga telah mendapat persetujuan Emergency Use Authorization (EUA) di Indonesia.
Direktur Eksekutif Gabugan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI) Dorojatun Sanusi mengatakan sejauh ini belum ada informasi produsen yang kesulitan mendapatkan BBO dari India. Pastinya, GPFI akan terus memantau kondisi anggotanya.
"Kami belum ada info nanti saya cek lagi," katanya singkat.