Bisnis.com, JAKARTA - Untuk mengejar target beroperasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) pada akhir 2022, pengerjaan proyek pembangunan sarana dan prasarana penunjang operasional terus diakserasi di tengah sejumlah tantangan akibat pandemi Covid-19.
Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Mirza Soraya mengatakan proyek KCJB saat ini sudah berjalan sekitar 70 persen. Sejauh ini, proses pengiriman batang rel dari China telah mulai dilakukan via Pelabuhan Cilacap. Totalnya 12.539 batang.
"Ini menandakan bahwa pengoperasian KCJB sudah sesuai prosedur dan tahapannya," ujarnya, baru-baru ini.
KCIC sudah mendatangkan rel kereta ini sejak November 2020. Panjang batang rel 50 meter. Batang rel tersebut nantinya mendapatkan treatment dan pengujian sebelum kemudian disambung menjadi rel sepanjang 500 meter di track laying facility yang merupakan fasilitas penunjang pemasangan rel kereta cepat.
Penggunaan batang rel ini membuat lintasan kereta api minim sambungan sehingga mendukung peningkatan keamanan dan kenyamanan perjalanan. Melalui fasilitas ini pula, rel yang telah siap dan tersambung akan dikirim menuju titik-titik pemasangan rel di sepanjang trase KCJB.
Selain itu, KCIC tengah melakukan persiapan readiness to operate, meliputi tahap operasi, komersial, dan termasuk pemeliharaan. Keempat stasiun yakni Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar saat ini dalam tahap konstruksi. Secara general, pembangunannya telah memasuki tahap pondasi dan struktur lainnya.
Baca Juga
“Proyek KCJB ini sudah siap masuk tahapan persiapan untuk dioperasikan dan harapannya pada akhir 2021 ini sudah dimulai,” katanya.
Mirza juga menyampaikan pandemi Covid-19 menjadi salah satu penghambat proses pengerjaan proyek KCJB ini. Pasalnya, pembatasan sosial ketat di Indonesia maupun China telah membuat 300 pekerja proyek KCJB asal China tertahan di negaranya.
“Munculnya Covid secara praktis membuat pembangunan terganggu. Tetapi kami tetap berusaha untuk mengatasi hal tersebut demi mengejar target pengerjaan konstruksi,” ungkapnya.
Kendala lainnya adalah persoalan pembebasan lahan yang berkaitan dengan pembangunan trase proyek KCJB. Dalam prosesnya, seringkali pembebasan lahan tersebut berhadapan dengan fasilitas umum yang sudah lebih dulu terpasang seperti misalnya menara-menara sutet atau pipa PDAM di bawah tanah.
Guna mengejar target bisa beroperasi pada akhir 2022, KCIC terus melakukan akselerasi persiapan pengoperasian KCJB. Salah satu strategi yang dilakukan adalah pembangunan yang berjalan secara paralel. Bukan hanya pembangunan jalur kereta, namun secara bersamaan dilakukan pembangunan stasiun dan sarana penunjang lainnya.
“Karena pada akhir 2022 itu KCJB sudah harus siap beroperasi secara komersial untuk masyarakat luas,” katanya.
Koordinasi yang intensif dengan berbagai pihak seperti Kemenhub Dirjen Perkeretaapian dan PT KAI juga merupakan kegiatan yang rutin dilakukan guna mempercepat pembangunan. Mirza mengatakan bahwa PT KAI menjadi leading yang telah berpengalaman dalam pengoperasian kereta api sehingga sangat membantu untuk memberikan masukan.
“Kami intensif setiap minggu selalu mengadakan monitoring sebagai bentuk koordinasi rutin yang melibatkan berbagai pihak karena ini sangat penting untuk proses akselerasi pembangunan proyek,” imbuhnya.
Menyinggung soal dampak hadirnya KCJB ini, Mirza mengatakan pembangunan infrastruktur pasti berdampak positif untuk perekonomian nasional. Namun, dampak itu tidak bisa dirasakan secara langsung, melainkan long term atau jangka panjang.
Menurutnya, hal yang paling berdampak dengan hadirnya KCJB ini adalah efektivitas mobilitas penduduk di antara dua kota metropolitan yaitu Jakarta dan Bandung. “Karena mobilitasnya sehari-hari juga cukup tinggi, dengan adanya KCJB ini akan semakin membantu untuk efektivitas waktu,” ujarnya.
Selain itu, adanya empat stasiun yang berdiri dan saling terkoneksi juga akan menghadirkan sentra-sentra ekonomi baru yang bisa menciptakan lapangan usaha baru bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan stasiun tersebut.