Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utilisasi Industri Melaju, Manufaktur Menuju Pemulihan 

Kementerian Perindustrian mencatat tiga sektor industri telah mencatat utilisasi di atas 70 persen.
Pekerja menyelesaikan produksi celana di salah satu industri tekstil, Kopo, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/1/2021). /Antara
Pekerja menyelesaikan produksi celana di salah satu industri tekstil, Kopo, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/1/2021). /Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai aktivitas industri mulai kembali menggeliat saat ini pasca dihantam pandemi sejak tahun lalu.

Data Kemenperin menunjukan utilisasi industri sepanjang tahun lalu berada di level 61,10 persen turun dari periode terakhir sebelum pandemi yang di angka 76,30 persen. Secara bulanan tiga bulan pertama tahun ini angka utilisasi juga mampu terus melaju.

Inspektur Jenderal Kemenperin Masrokhan mengatakan per Maret 2020 angka utilisasi industri sudah di level 61,30 persen dengan tiga industri yang sudah mencatat level di atas 70 persen. Ketiganya yakni industri minuman, kimia dan barang kimia, serta tekstil.

Hal itu juga sejalan dengan dalam indeks manufaktur atau Purchasing Manufacturs Index (PMI) yang berada pada level ekspansi 53,2 di Maret 2021, di mana menjadi angka tertinggi sepanjang satu dekade.

"Saat ini industri mulai menggeliat sehingga momentum pemulihan industri harus kita jaga dan jangan sampai hilang," katanya dalam webinar, Kamis (29/4/2021).

Masrokhan menyebut pemerintah sendiri telah meluncurkan program substitusi impor 35 persen pada tahun depan. Langkah strategis ini guna meningkatkan produktivitas dan daya saing industri di tanah air sehingga mendorong upaya pemulihan ekonomi nasional.

Adapun nilai subtitusi impor yang ditargetkan sebesar Rp152, 8 triliun atau 35 persen dari potensi impor 2019 yang mencapai Rp434 triliun.

Masrokhan menyebutkan upaya-upaya yang akan dilakukan Kemenperin dalam mengakselerasi penurunan impor sekaligus merupakan langkah untuk meningkatkan utilisasi di sektor industri.

Salah satunya adalah pelaksanaan program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Program tersebut dinilai dapat memberikan kesempatan kepada industri-industri di Indonesia untuk tumbuh.

"Apalagi, potensi dari APBN mencapai Rp607 triliun, yang tediri atas Belanja Barang senilai Rp357,4 triliun dan Belanja Modal Rp250,3 triliun. Sejak Timnas P3DN diluncurkan pada 2018, Kemenperin telah mengeluarkan sertifikat TKDN untuk lebih dari 10.000 produk. Tentunya ke depan kami akan akselerasi ini,” ujarnya.

Kebijakan lainnya yang bisa menjadi pengungkit, yakni penurunan harga gas industri. Pada 2020, terdapat 176 perusahaan dari tujuh sektor tersebut yang mendapat fasilitas tersebut.

Dengan adanya fasilitasi ini, beberapa perusahaan mulai merencanakan untuk memperbarui teknologi agar dapat memanfaatkan gas bumi dengan lebih efisien.

Selain itu, terkait implementasi kebijakan harga gas industri tersebut, di Jawa bagian barat telah tercover 100 persen, sedangkan Jawa bagian timur baru 82 persen. Sementara itu, di wilayah Sumatera bagian utara dan Sumatera sekitar 20-30 persen.

“Kami menargetkan agar sektor penerima kebijakan penurunan harga gas ini dapat bertambah dan coverage-nya makin meningkat,” ujarnya.

Sisi lain, Masrokhan menyampaikan upaya hilirisasi industri juga ditempuh lewat pengembangan industri smelter, seperti smelter nikel, nikel kobalt, aluminium, tembaga dan besi baja.

Saat ini, secara total Indonesia sudah punya sebanyak 30 smelter yang beroperasi, sedangkan yang tahap konstruksi sekitar 20 smelter, dan dalam tahap feasibility study ada sembilan smelter.

Implikasi dari kebijakan tersebut, di antaranya adalah sektor industri logam dasar pada 2020 tumbuh 5,87 persen, ekspornya ikut tumbuh hingga 30 persen dan menyumbang devisa negara sebesar US$22 miliar.

“Oleh karena itu, tahun ini kami akan lanjutkan tren positif, apalagi rencana hilirisasi industri ini akan juga memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen baterai untuk kendaraan listrik,” katanya.

Kebijakan berikutnya, Kemenperin terus terlibat aktif dalam program Bangga Buatan Indonesia. Manfaatnya antara lain menciptakan nilai tambah bagi sektor industri kecil menengah (IKM), meningkatkan permintaan terhadap produk IKM, dan meningkatkan jumlah IKM yang on-boarding.

“Pada bulan Mei 2021, Kemenperin juga akan meluncurkan Festival Joglosemar yang menampilkan para pelaku IKM terbaik dari daerah Jogja, Solo, dan Semarang. Acara tersebut akan diisi dengan webinar, bimbingan teknis dan pelatihan bagi IKM,” ujar Masrokhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper