Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyatakan masalah pertanahan menghalangi pengisian air Bendungan Paselloreng di Sulawesi Selatan. Adapun, bendungan tersebut telah rampung sejak Desember 2020.
Bendungan Paselloreng dibangun selama 2015—2020 dan menghabiskan anggaran hingga Rp790 miliar. Bendungan tersebut dibangun oleh kerja sama operasi (KSO) antara PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. dan PT Bumi Karsa.
"Bendungan Paselloreng telah selesai. [Namun, ada] masalah [pembebasan] tanah [untuk proses impounding], apalagi di sana ada kawasan hutan. Jadi, tanah masyarakat berbatasan dengan kawasan hutan," kata Direktur Bendungan dan Danau Kementerian PUPR Airlangga Mardjono kepada Bisnis, Rabu (28/4/2021).
Airlangga menilai berbatasannya tanah masyarakat dengan kawasan hutan membuat proses pembebasan tanah menjadi cukup rumit. Pasalnya, lahan di kawasan hutan yang belum dibebaskan memiliki irisan dengan tanah masyarakat.
Pihaknya harus sangat teliti menentukan batas tanah masyarakat dalam proses pembebasan tanah. "Setiap inci kami cek, kangan ada sampai salah dalam mengambil titik batas," ucapnya.
Konstruksi Bendungan Passeloreng rampung bersama dengan tiga bendungan lainnya pada akhir 2020, yakni Bendungan Tukul, Tapin, dan Napun Gete. Sebelumnya, Kementerian PUPR menargetkan proses impounding dilakukan pada Agustus 2020 dan diresmikan seitar kuartal III/2020.
Saat ini, Airlangga optimistis Bendungan Paselloreng dapat melakukan impounding pada semester II/2021. Bendungan ini memiliki kapasitas tampung hingga 138 juta meter kubik dengan luas genangan sekitar 169 hektare.
Bendungan tersebut memiliki potensi untuk mengairi sawah seluas 8.150 hektar. Bendungn multifungsi tersebut akan dimanfaatkan sebagai sumber air baku sekitar 200 liter per detik (lpd) untuk empat kecamatan di Kabupaten Wajo.
Selain itu, Bendungan Paselloreng juga akan berfungsi sebagai pendengadli debit banjir di Sungai Gilireng hingga 1.000 lpd. Bendungan Paselloreng juga memiliki potensi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sekitar 2,5 megawatt.