Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian mencatat tiga sektor primadona yang membuat kinerja ekspor cemerlang, yaitu industri makanan dan minuman dengan sumbangsihnya sebesar US$9,69 miliar, kemudian disusul industri logam dasar mencapai US$5,87 miliar, serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar US$4,18 miliar.
“Jika dilihat dari faktor pembentuknya, nilai ekspor sektor industri makanan didominasi oleh komoditas minyak kelapa sawit,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita lewat keterangannya di Jakarta, Minggu (25/4/2021).
Sementara itu, berkat hilirisasi di sektor logam, ekspor produk besi dan baja Indonesia telah memberikan nilai tambah signifikan bagi devisa.
“Selanjutnya, berbagai produk kimia juga menjadi primadona ekspor nonmigas kita. Ini yang diharapkan bisa menjadi tulang punggung dari ekspor kita di masa yang akan datang,” imbuhnya.
Selama ini, produk-produk industri terbukti mampu menjadi pilar utama bagi capaian nilai ekspor nasional.
“Kami optimistis, capaian kinerja ekspor yang sangat baik di saat masa pandemi ini, menunjukkan bahwa pelaku industri kita mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada, sehingga dapat mendorong upaya mempercepat pemulihan ekonomi nasional,” papar Menperin.
Oleh karenanya, Agus memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada pelaku industri di tanah air yang masih agresif menembus pasar internasional di tengah tantangan kondisi pandemi saat ini.
“Selain mampu memenuhi kebutuhan domestik, industri kita juga sudah bisa membuat produk yang berkualitas dan kompetitif di pasar global,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, neraca perdagangan industri pengolahan nonmigas sepanjang Januari-Maret 2021 surplus sebesar US$3,69 miliar. Capaian positif ini merupakan hasil dari kinerja ekspor sektor manufaktur yang meningkat pada periode tersebut.
“Secara kumulatif, nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada Januari-Maret 2021 adalah sebesar 38,96 miliar dolar AS atau naik 18,06 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” kata Agus.
Menurut Agus, meskipun di tengah terpaan dampak pandemi COVID-19, kinerja pengapalan industri manufaktur masih mendominasi terhadap capaian nilai ekspor nasional.
“Sepanjang tiga bulan tahun ini, sektor manufaktur memberikan kontribusi terbesarnya hingga 79,66 persen dari total nilai ekspor nasional yang menyentuh US$48,90 miliar,” ungkapnya.