Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Properti Logistik Tahan Banting di Tengah Pandemi Covid

Properti pergudangan merupakan salah satu subsekror real estat yang tahan banting di tengah kondisi perekonomian yang tertekan akibat pandemi Covid-19.
Ilustrasi properti pergudangan/mmproperty.com
Ilustrasi properti pergudangan/mmproperty.com

Bisnis.com, JAKARTA – Pergudangan atau properti logistik menjadi salah satu subsektor yang tahan di tengah pandemi Covid-19.

Sekretaris Perusahaan PT Jababeka Tbk. Muljadi Suganda mengatakan Jababeka memiliki bisnis pergudangan yang dikelola oleh Cikarang Dry Port seluas 200 hektare termasuk logistic park.

Cikarang Dry Port juga memiliki jalur kereta yang terhubung seluruh Pulau Jawa sehingga memudahkan pengiriman yang mengggunakan kereta api sebagai alternatif moda pengangkutan truk.

"Cikarang Dry Port ini juga terhubung dengan Pelabuhan Tanjung Priok sehingga untuk ekspor impor tentunya bermanfaat bagi eksportir dan importir serta pabrik di kawasan yang membutuhkan solusi logistik. Untuk importir dan pabrik juga bisa menggunakan jasa dari CDP untuk kebutuhan logistik termasuk gudang," ujarnya kepada Bisnis pada Rabu (21/4/2021)

Dia mengungkapkan pihaknya banyak menjual lahan dan standard factory building yang digunakan untuk pergudangan dan pemain logistik.

Menurutnya, sektor e-commerce mungkin sudah mulai mengalami pertumbuhan di kawasan Jababeka dalam kurun waktu kurang lebih 5–7 tahun yang lalu.

"Bisnis pergudangan ini sejalan dengan pertumbuhan e-commerce, apalagi letak Jababeka berdekatan dengan pasar terbesar e-commerce Indonesia yaitu Jakarta," kata Muljadi.

Apalagi, lanjutnya, Indonesia merupakan pasar yang besar dengan bonus demografi dan dengan pertumbuhan ekonomi yang terus bertumbuh yang membuat pasar logistik juga akan bertumbuh karena e-commerce sudah menjadi kebutuhan.

Dia meyakini dengan ekonomi digital dan bisnis logistik yang terus bertumbuh, akan berdampak pada permintaan lahan  pergudangan yang juga turut meningkat.

"Dengan pertumbuhan ekonomi yang terus bertumbuh, pasar logistik juga akan bertumbuh karena e-commerce sudah menjadi kebutuhan. Tentu jika ada dorongan terhadap pertumbuhan e-commerce, akan menjadi katalis bagi pelaku usaha bisnis pergudangan," tutur Muljadi

Head of Industrial Jones Lang LaSalle (JLL) Farazia Basarah menuturkan pada kuartal I tahun ini terdapat dua gudang modern yang baru selesai dibangun yang berada di Depok, Bogor, dan Bekasi dengan total luas 78.500 meter persegi.

Dia memproyeksikan hingga akhir tahun ini terdapat penambahan pergudangan kurang lebih sebesar 175.000 meter persegi. Hal ini membuktikan bahwa para investor masih melirik sektor pergudangan.

"Ini salah satunya dipicu oleh dampak positif terhadap permintaan yang disebabkan oleh perkembangan signifikan sektor e-commerce," ucapnya.

Dia menuturkan luas pergudangan di Jabodetabek mencapai 1,9 juta meter persegi yang meningkat signifikan dalam 4 hingga 5 tahun terakhir yang saat itu baru mencapai sekitar 1,1 juta hingga 1,2 juta meter persegi. Adapun kebutuhan gudang saat ini didominasi penyedia jasa layanan logistik, barang konsumsi, serta e-dagang.

Rata-rata okupansi pergudangan saat ini sebesar 90 persen dengan rincian tingkat hunian wilayah Tangerang 100 persen, Jakarta 97 persen, Karawang 96 persen, Depok-Bogor 94 persen, Cikarang 89 persen, dan Bekasi 79 persen.

Sejalan dengan tren pergudangan, kebutuhan gudang pendingin (cold storage) juga terus meningkat. Permintaan gudang pendingin di Jabodetabek pada kuartal I-2021 tercatat 25.000 meter persegi.

"Bertambahnya kebutuhan gudang pendingin turut dipicu oleh melesatnya bisnis makanan dan minuman di era pandemi. Perkembangan industri makanan dan minuman dan pemasaran digital akan memicu kebutuhan gudang dan gudang pendingin cukup besar," katanya.

Selain ruang pergudangan, perkembangan e-commerce dan perusahaan start-up juga memberikan dampak positif terhadap permintaan akan data centre atau pusat data selama 3 tahun terakhir.

"Terlebih proporsi jumlah penduduk muda yang tinggi dan jumlah pengguna internet yang terus meningkat di Indonesia menjadi daya tarik bagi para investor dan pelaku bisnis baik lokal maupun internasional," ucap Farazia.

Head of Economic Research PT Samudera Indonesia Ibrahim Kholilul Rohman mengatakan kondisi saat pandemi Covid-19 yang belum usai berdampak pada banyaknya gudang yang kosong.

Hal itu dikarenakan turunnya produksi industri manufaktur sehingga tak banyak barang yang disimpan.

"Ketika perekonomian dalam full capacity, pergudangan yang ada malah kurang atau tidak mencukupi. Tapi kondisi saat ini membuat pergudangan yang ada banyak yang kosong. Manufaktur enggak banyak produksi," ujarnya.

Menurutnya, saat ini yang diperlukan yakni cold storage untuk menyimpan vaksin dan obat-obatan. Pandemi Covid-19 diperkirakan masih panjang melanda dunia sehingga memerlukan banyak cold storage untuk menyimpan vaksin.

"Yang sekarang dibutuhkan cold storage karena pergudangan konvensional, depo, warehouse ini beberapa komoditas, kargo, dan output yang bisa disimpan ini mengalami penurunan produksi," kata Ibrahim.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper