Bisnis.com, JAKARTA - Surplus neraca perdagangan diperkirakan masih akan berlanjut hingga semester I/2021, didorong oleh kinerja ekspor yang diproyeksi akan terus meningkat.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan peningkatan kinerja ekspor masih akan dipicu oleh harga komoditas yang lebih tinggi, juga pemulihan ekonomi global terutama di China dan Amerika Serikat, dua negara tujuan ekspor utama Indonesia.
Sejalan dengan itu, dia memproyeksikan kinerja impor juga akan tumbuh positif, seiring dengan percepatan pertumbuhan ekonomi domestik, yang didorong oleh penguatan konsumsi dan investasi dalam negeri.
Pengadaan vaksin pun diperkirakan akan berkontribusi pada kinerja impor yang lebih tinggi pada 2021, khususnya mulai kuartal II/2021.
Karenanya Faisal memperkirakan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) akan melebar namun tetap terkendali pada kisaran -1,88 persen dari PDB di tahun ini.
“Meski melebar, CAD 2021 masih lebih sempit dari tingkat rata-rata 5 tahun sebelum pandemi sebesar -2,22 persen dari PDB,” katanya, Kamis (15/4/2021).
Baca Juga
Pada kuartal I/2021, menurutnya neraca transaksi berjalan diperkirakan akan berkisar -0,5 hingga 0,5 persen dari PDB.
Dia menilai, defisit neraca jasa pada periode tersebut relatif rendah, di tengah permintaan pengangkutan impor yang belum meningkat signifikan, dan defisit pendapatan utama tetap terkendali di tengah pembagian dividen yang relatif lebih rendah mengingat hasil laba perusahaan yang rendah selama pandemi covid-19 tahun lalu.
Adapun pada kuartal I/2021, Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan Indonesia masih mengalami surplus sebesar US$5,5 miliar sepanjang kuartal I tahun ini.
Surplus tersebut didorong oleh kinerja ekspor yang naik 17,11 persen pada kuartal I/2021, sementara impor naik 10,76 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.