Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha: Ekspansi Pabrikan Anytime, Gampang!

Wakil Ketua Bidang Industri Kadin Johnny Darmawan menyebut kemungkinan besar proyeksi Bank Indonesia tersebut karena secara historis permintaan pada periode Lebaran naik.
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). /Antara Foto-Fakhri Hermansyah
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). /Antara Foto-Fakhri Hermansyah

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan pelaku usaha optimistis dengan ramalan Bank Indonesia yang menyebut kinerja industri pengolahan akan lebih ekspansif di level 55,25 persen pada kuartal II/2021, setelah mencapai level 50,01 pada kuartal I/2021.

Wakil Ketua Bidang Industri Kadin Johnny Darmawan menyebut kemungkinan besar proyeksi Bank Indonesia tersebut karena secara historis permintaan pada periode Lebaran naik. Selain itu ditambah pula dengan pemerintah sudah memberi berbagai insentif seperti pembelian mobil, rumah, dan lainnya. Belum lagi, tidak adanya mudik tahun ini akan membuat pabrik terus bekerja.

"Meski di sini perlu diwaspadai karena tidak ada mudik artinya pendistribusian tidak akan merata tetapi kalau pabrikan dengan kapasitas saat ini yang masih 60-70 persen, anytime mau dinaikkan gampang-gampang saja," katanya kepada Bisnis, Rabu (14/4/2021).

Johnny mengemukakan pada prinsipnya dalam perhitungan ekspansi ada tiga indikator yakni produksi pabrik meningkat, penyerapan pasar, dan stok yang mengecil. Oleh karena itu, jika turut merujuk Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia periode Maret tercatat sebesar 53,2 atau tertinggi dalam satu dekade maka proyeksi BI cukup masuk akal.

Sementara itu Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani sebelumnya juga menilai kemungkinan peningkatan level produksi pada kuartal I/2021 lalu karena sudah masuk momentum Ramadan, di mana setiap tahun menjadi periode peningkatan konsumsi di pasar domestik.

Apalagi, lanjut Shinta, sampai Lebaran nanti Pemerintah mengagendakan pencairan bansos untuk kompensasi kebijakan larangan mudik.

"Kedua momentum tersebut sangat positif memicu peningkatan konsumsi masyarakat. Oleh karena itu meskipun bahan baku mahal, produksi tetap dikejar untuk memaksimalkan momentum penciptaan revenue bagi perusahaan," katanya.

Shinta mengemukakan dengan demikian cukup wajar bila perusahaan manufaktur cukup percaya diri untuk meningkatkan produksi pada Maret hingga April ini guna mengejar momentum konsumsi yang masih ada sampai lebaran.

Namun, Shinta mewanti-wanti setelah Lebaran biasanya akan turun lagi. Oleh karena itu, pihaknya berharap ada pendorong lain yang sifatnya non-konsumsi seperti pengendalian pandemi dan normalisasi kegiatan ekonomi, implementasi UU Cipta Kerja, hingga peningkatan ekspor dan investasi yang bisa memicu peningkatan kegiatan ekonomi produktif.

"Pentingnya dorongan yang bisa digerakkan pasca lebaran agar pertumbuhan ekonomi tidak menyusut terlalu dalam pasca lebaran dan tetap dalam trajectory pemulihan ekonomi yang baik," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper