Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah dinilai perlu memberikan kompensasi atas pelarangan mudik. Kebijakan tersebut berdampak negatif pada pekerja di sektor pariwisata dan transportasi.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan bahwa salah satu yang bisa diberikan adalah mengucurkan kembali subsidi gaji kepada pekerja di dua sektor tersebut.
“Kinerja mereka yang paling tertekan di pelarangan mudik sehingga perlu diberikan suntikan stimulus dari pemerintah dalam bentuk subsidi upah misalnya ke para pekerja di bawah Rp5 juta,” katanya saat dihubungi, Senin (12/4/2021).
Stimulus ini, jelas Bhima paling tidak diberikan selama tiga bulan ke depan agar bisa menjaga konsumsi rumah tangga.
Saat ini pemerintah juga telah memberikan kucuran dalam bentuk gratis ongkos kirim belanja daring pada H-10 dan H-5 untuk belanja produk lokal. Yang harus dipastikan adalah jangan sampai yang meningkat adalah produk impor.
“Terakhir, pemda [pemerintah daerah] pada tahun lalu kan tidak terserap dana pemulihan ekonomi nasional. Ini jadi PR karena sekarang momen krusial. pemda harus hergerak cepat. Pengadaan barang dan jasa lebih cepat eksekusinya. Kemudian pencairan anggaran dipercepat sehingga bisa memacu daya beli di daerah,” jelas Bhima.
Baca Juga
Sementara itu, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi di triwulan II/2021 di angka 7 persen. Bhima melihat angka tersebut terlalu optimistis.
Ada beberapa yang membuat itu tak akan tercapai. Pertama, vaksinasi yang menjadi pengubah permainan (game changer) dari Covid-19 masih ada kendala dari sisi kepastian pasokan.
Lalu pertumbuhan sektoral tidak sama. Sektor-sektor yang berorientasi pada komoditas dan ekspor agak terbantu karena Amerika Serikat dan Cina ekonominya sudah pulih sehingga permintaan barang dari Indonesia sudah mulai meningkat.
Akan tetapi hal tersebut tidak untuk sektor yang berputar di dalam negeri seperti transportasi, pariwisata, dan perhotelan. Ditambah dengan larangan pulang kampung di hari lebaran, industri tersebut bakal masih terpukul.
“Jadi saya tidak sepakat kalau tumbuhnya 7 persen. Kita bisa tumbuh 1 persen sampai 2 persen saja sudah prestasi di triwulan II/2021,” ucapnya.