Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan bahwa sektor pariwisata masih mengalami tekanan.
Menurutnya, saat ini ada kesalahpahaman dalam penerapan positivity rate, khususnya pada libur panjang (long weekend). Parameter yang digunakan pun kurang tepat.
“Karena positivity rate itu diambil dari jumlah kasus positif dibagi jumlah testingnya. Kalau long weekend, jumlah testing itu sedikit, jadi positivity rate itu selalu tinggi,” katanya pada diskusi virtual, Kamis (8/4/2021).
Hariyadi menjelaskan bahwa hal tersebut perlu dijadikan perhatian pemerintah untuk mulai berani melonggarkan pariwisata.
Alasannya, sektor tersebut berbeda dengan manufaktur yang tidak berkaitan erat dengan pergerakan manusia, tapi produksi barang. Pariwisata sangat bergantung dengan itu.
“Jadi tanpa ada pelongggaran pergerakan manusia, pariwisata akan sulit jalan,” jelasnya.
Baca Juga
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah wisatawan Indonesia sejak kemunculan pandemi di Tanah Air tidak pernah menembus 170.000 kunjungan. Padahal, pada awal tahun 2020, angkanya mencapai 1,3 juta pelancong.
Sedangkan pada Januari 2021, tingkat penghunian kamar hotel klasifikasi bintang di Indonesia hanya 30,35 persen. Angka ini turun 18,82 poin dibandingkan tahun sebelumnya.
Adapun, rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia 1,86 hari. Realisasi ini turun 0,02 poin dari tahun sebelumnya.