Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Sebut Akselerasi Pemulihan Ekonomi di Negara Maju Berisiko bagi Negara Berkembang, Kok Bisa?

Fenomena yang banyak terjadi saat ini adalah distribusi vaksin hanya terbatas di negara maju. Ketika vaksinasi duluan selesai di negara tersebut, maka akan menghambat pemulihan negara lainnya, di luar negara produsen vaksin Covid-19.
Suasana vaksinasi untuk pelaku UMKM di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Kamis (01/04). /Bisnis.com-Laurensia Felisern
Suasana vaksinasi untuk pelaku UMKM di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan, Kamis (01/04). /Bisnis.com-Laurensia Felisern

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian global mulai menunjukkan perbaikan, khususnya di negara-negara maju, sejalan dengan proses vaksinasi yang terakselerasi dengan sangat cepat di negara-negara tersebut.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan sisi positifnya, pemulihan yang cepat di negara maju akan menjadi pendorong pemulihan ekonomi di negara lainnya.

Namun, fenomena yang banyak terjadi saat ini adalah distribusi vaksin hanya terbatas di negara maju. Ketika vaksinasi duluan selesai di negara tersebut, maka akan menghambat pemulihan negara lainnya, di luar negara produsen vaksin Covid-19.

“Ini fenomena yang terjadi di banyak negara, cerita bagaimana distribusi vaksin tidak merata, khusunya di negara emerging market dan berkembang, khususnya di Afrika,” katanya dalam video conference, Selasa (6/4/2021).

Pendistribusian vaksin yang tidak merata, kata Dody, akan menimbulkan kecepatan pemulihan yang tidak merata pula di setiap negara, sehingga menurutnya hal ini patut diwaspadai.

“Perkembangan ekonomi yang lebih kuat terjadi di negara maju sehingga jadi pertanyaan kalau negara maju dan volume perdagangan dunia tumbuh karena transaksi di negara maju semakin berkembang, kemudian siapa yang menikmati jika negara emerging dan berkembang terlambat dari sisi vaksinasi dan mendorong pertumbuhannya,” jelasnya.

Oleh karena itu, Dody mengatakan percepatan vaksinasi adalah game changer dan prasyarat untuk mendorong pemulihan ekonomi. Tak hanya itu, imbuhnya, pemulihan ekonomi juga harus didorong dengan kebijakan yang ekspansif dan akomodatif, baik dari sisi fiskal maupun moneter.

Dalam hal ini, dia menyebutkan, BI sejak 2020 lalu telah menurunkan suku bunga kebijakan hingga mencapai level terendah, yaitu sebesar 3,5 persen. Dari sisi fiskal pun, telah digelontorkan stimulus secara besar-besaran, hingga mencapai sekitar 9-11 persen dari total PDB Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper