Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah diminta menyiapkan subsidi distribusi bahan pangan pokok ke daerah-daerah yang terdampak cuaca ekstrem dan bencana alam guna mengurangi risiko melebarnya disparitas harga.
Pengawasan pada pasokan komoditas yang tidak dihasilkan pada daerah dengan risiko gangguan distribusi juga perlu ditingkatkan.
“Untuk produk yang tidak bisa diproduksi secara lokal harus mendapat perhatian karena sudah sejak lama disparitasnya masih tinggi. Perlu segera ada subsidi distribusi ke wilayah terdampak,” kata Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (Ikappi) Abdullah Mansuri, Selasa (6/4/2021).
Mansuri menjelaskan bahan pangan yang diproduksi secara lokal biasanya masih bisa diredam gejolak pasokan dan harganya ketika terjadi disrupsi distribusi.
Disparitas harga yang besar dia sebut kerap terjadi pada komoditas yang dipasok dari luar daerah. Misalnya pada bawang putih yang harus diimpor dan didistribusi lewat Jakarta atau beras yang tidak diproduksi di semua daerah.
Dia juga menyebutkan sejauh ini kelompok pedagang pasar masih mendata aktivitas pasar dan pedagang kebutuhan pokok yang terdampak bencana di wilayah Nusa Tenggara. Pasokan barang juga akan dilaporkan kepada pemerintah sehingga langkah mitigasi bisa diambil untuk mencegah terciptanya disparitas yang lebih lebar.
Baca Juga
“Ikappi pusat dan daerah mendata berapa pasar yang terimbas, jumlah pedagang yang berhenti berjualan, termasuk komoditas apa yang terganggu distribusinya. Kami akan laporkan ke Kemendag agar ditindaklanjuti,” kata dia.
Mansuri mengatakan belum bisa memerinci komoditas apa saja yang memperlihatkan tren kenaikan di lokasi bencana. Tetapi dalam situasi harga mulai bergerak naik, dia menilai pemerintah perlu melakukan operasi bahan pangan di titik-titik yang diperlukan.
Sebagaimana diwartakan Bisnis, fenomena Siklon Tropis Seroja telah mengakibatkan kenaikan curah hujan yang signifikan di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur sejak pekan lalu.
Anomali cuaca ini menyebabkan terjadinya bencana longsor dan banjir di berbagai wilayah di dua provinsi tersebut dan menyebabkan rusaknya infrastruktur publik serta jatuhnya korban jiwa.
Sementara itu, data pada Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan menunjukkan harga bahan pangan pokok di daerah terdampak bencana berada di atas rata-rata harga nasional.
Sebagai contoh, harga gula pasir di NTT berada di level Rp14.000 per kilogram (kg) saat harga rata-rata komoditas ini berada angka Rp13.100 per kg. Begitu pula harga minyak goreng curah yang menyentuh Rp14.000 per kg saat rata-rata harga di level nasional Rp12.700 per kg.
Komoditas lain yang juga berada di atas rata-rata harga nasional adalah telur ayam ras Rp28.500 per kg di NTT dan Rp25.067 per kg di NTB.
Harga cabai rawit merah di kedua provinsi juga masih bertahan di atas Rp90.000 per kg. Sementara untuk bawang merah yang bisa diproduksi secara lokal berada di kisaran Rp26.000 per kg atau di bawah rata-rata harga nasional Rp33.200 per kg.