Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SWF Indonesia Mirip 1MDB Malaysia, Menteri Keuangan dan BUMN Harus Hati-Hati

Melihat tata kelola yang hampir serupa, Dewan Pengawas (Dewas) INA harus profesional dan berpikir keras agar pengelolaan investasi yang berasal dari aset negara tidak melenceng.
Anggota Komisi Keuangan DPR Muhammad Misbakhun. /Antara
Anggota Komisi Keuangan DPR Muhammad Misbakhun. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Investment Authority (INA) memiliki karakteristik yang sama dengan lembaga pengelola investasi (LPI) di Malaysia, yaitu 1MDB.

Seperti diketahui 1MDB Malaysia diwarnai oleh skandal korupsi yang dilakukan Najib Razak selaku mantan Perdana Menteri Negeri Jiran.  Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menegaskan hal serupa tidak boleh terjadi di Tanah Air.

Anggota Komisi Keuangan DPR Muhammad Misbakhun mengatakan bahwa umumnya LPI didanai oleh cadangan devisa bank sentral yang surplus. Kalau tidak, dari perdagangan atau pendapatan ekspor sumber daya alam.

“Namun Malaysia tidak punya dana cukup kuat. Ini kasusnya hampir sama dengan Indonesia di mana kita masih harus meminta dukungan invetasi dari asing dengan menerbitkan obligasi ataupun kerja sama investasi baik itu proyek green field ataupun brown field,” katanya melalui diskusi virtual, Rabu (31/3/2021).

Misbakhun menjelaskan bahwa penasehat dari keduanya juga sama, yaitu dari pemerintah. Jika 1MDB dipimpin oleh kepala pemerintahan yaitu perdana menteri, INA adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai ketua dan Menteri BUMN Erick Thohir beserta tiga orang independen sebagai anggotanya. INA juga memiliki dewan direksi berjumlah lima orang yang dipilih oleh presiden.

Melihat tata kelola yang hampir serupa, Dewan Pengawas (Dewas) INA harus profesional dan berpikir keras agar pengelolaan investasi yang berasal dari aset negara tidak melenceng. Mereka juga harus menggunakannya dengan sangat hati-hati.

“Karena Indonesia punya terminologi sendiri tentang kerugian keuanga negara. Sangat luas pengertian kerugian negara di Indonesia,” jelasnya.

Tantangan ini, menurut Misbakhun sangat berat bagi direksi dan Dewas INA. Mereka harus benar-benar memperkatikan aspek-aspek legalitas dalam bertindak.

Jangan sampai INA yang masih berumur jagung ini prestasinya belum kelihatan tapi kasusnya sudah mencuat. Padahal, modal yang datang berdatangan.

“Saya yakin dengan kapasistas profil pribadi dewan pengawas termasuk dewan direksi. Tapi ini kan diuji oleh waktu. Waktu yang akan jadi bukti dan prestasi dewas dan dewan direksi direksi,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper