Bisnis.com, JAKARTA – PT East West Seed Indonesia (Ewindo) mendorong generasi milenial untuk tertarik menekuni bisnis pertanian.
Data dari produsen benih sayuran ini, dari 33 juta petani di Indonesia saat ini, hanya 8 persen merupakan petani milenial. Sisanya mayoritas yang bekerja di pertanian saat ini berusia 51 tahun ke atas.
Managing Director Ewindo Glenn Pardede mengatakan dengan asumsi produktivitas petani di usia 57 tahun, berarti yang seharusnya melanjutkan merupakan generasi milenial dengan rentang usia 25 tahun sampai dengan 40 tahun.
“Langkah yang sudah dilakukan Ewindo antara lain pembinaan dan pendampingan petani muda di berbagai daerah, pemanfaatan teknologi informasi dan pengembangan aplikasi pertanian Sipindo, serta membangun jejaring antara petani dengan pasar modern,” ujar Glenn, Jumat (26/3/2021).
Dia menjelaskan salah satu keunggulan dari petani milenial ini, mayoritas menguasai teknologi informasi (IT). Bahkan petani milenial sanggup mengetahui daerah-daerah mana saja yang membutuhkan produksi mereka dengan berbekal ponsel pintar.
Glenn mengatakan sebagai perusahaan yang telah puluhan tahun mendampingi petani sayuran di Indonesia, merasa terpanggil untuk mendorong generasi milenial tertarik untuk menekuni bisnis pertanian. Pada tahun ini, pihaknya menargetkan dapat membina sekitar 500 petani milenial yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Selain pendampingan, transfer teknologi dan akses terhadap benih sayuran yang berkualitas tinggi, melalui aplikasi Sipindo mereka dapat mengelola bisnis pertanian dengan lebih baik dan semakin menguntungkan dan diharapkan akan menular ke generasi muda lainnya.
Tak hanya itu, Ewindo juga terus memperluas toko-toko benih untuk memudahkan petani termasuk petani perkotaan mendapatkan benih berkualitas. Ewindo juga bekerja sama dengan toko daring benih-benih varietas unggulan kini dengan mudah diperoleh.
Baca Juga : Ketika UMKM Agrikultur Mulai Adaptasi Digital |
---|
Glenn juga menyatakan dukungannya terhadap langkah sejumlah pemerintah daerah yang sedang mendorong generasi muda untuk masuk ke sektor pertanian. Salah satunya Provinsi Jawa Barat dengan gerakan 5.000 Petani Milenial. Regenerasi petani ini merupakan program penting untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.
Hasil penelitian The Economist Inteligence Unit (EIU) mengenai sektor usaha yang terdampak krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19, sektor pertanian terbukti terkena dampak paling kecil dibandingkan dengan sektor lain.
Hal ini terjadi karena dampak dari pembatasan sosial relatif minimal pada sektor pertanian, walaupun masih ada risiko dari disrupsi rantai penawaran (supply chain) dan terpuruknya permintaan.
Akibat pandemi, EIU merevisi pertumbuhan sektor manufaktur sebesar 3 persen menjadi minus 1,5 persen, sektor jasa sebesar 7,2 persen menjadi 2,4 persen dan pertumbuhan sektor pertanian hanya direvisi dari 4,1 persen menjadi 3,2 persen (terkoreksi hanya 0,9 persen).
Selain itu, sejarah krisis di Indonesia, misalnya krisis moneter 1997-1998 juga menyisakan catatan relatif bertahannya sektor pertanian dan bahkan menampung kembali tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di perkotaan.
Menurut data BPS, penjualan benih dan pot mengalami peningkatan sebesar 10 kali lipat dari 100 ribu unit di masa sebelum pandemi menjadi 1,1 juta unit selama pandemi. Nampaknya peran sektor pertanian sebagai sektor penyangga (buffer sector) di masa krisis terulang kembali pada resesi dunia dan pandemi Covid-19 seperti yang berlangsung saat ini.
Menurut Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Jawa Barat Benny Bachtiar menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah setempat untuk mengarahkan 40 persen usia produktif ke sektor pertanian. Pertimbangannya sebagian besar lahan di Jawa Barat merupakan tanah yang subur tetapi tidak produktif.
Benny yang tampil sebagai pembicara dalam webinar bertajuk Peluang Petani Millenial di Era Digital, Rabu (24/3/2021) menjelaskan bahwa gerakan ini mendapat dukungan dari pemerintah kota/kabupaten di Jawa Barat. Sejauh ini dari hasil seleksi sudah meloloskan 2.240 orang untuk setelahnya disertakan dalam program ini. Targetnya sebelum 2023 angka 5.000 petani sudah dapat tercapai.
"Pemprov Jabar optimistis gerakan 5.000 petani bakal sukses untuk memanfaatkan lahan tak produktif tadi. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang permintaan terhadap produk pertanian sangat tinggi. Dengan direkrutnya 2.240 orang untuk dilatih menjadi petani diharapkan menjadi daya tarik bagi bagi kalangan muda lainnya untuk terjun ke sektor ini,” ungkapnya.