Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mengklaim hambatan teknis di lapangan dan pendanaan telah dikomunikasikan dengan seluruh kontraktor yang terlibat agar target penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung rampung pada 2022.
Sebelumnya, biaya pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta–Bandung sebelumnya disebut membengkak akibat munculnya berbagai kebutuhan yang tidak diprediksi di awal proyek, salah satunya biaya pembebasan lahan.
Corporate Secretary KCIC Mirza Soraya menuturkan langkah koordinasi dan komunikasi dengan semua kontraktor yang terlibat dalam proyek KCJB selalu intens dilakukan. Termasuk juga penegasan zero tolerance terhadap kecelakaan kerja dari proses konstruksi proyek Kereta Kecepatan Tinggi tersebut.
“Ketika ditemukan kendala, PT KCIC selalu mendorong semua kontraktor untuk mencari solusi efektif sehingga persoalan bisa teratasi. Progres pembangunan dan percepatan yang dilakukan selalu dipantau setiap minggu agar pengerjaan pembangunan selalu termonitor dan target pekerjaan dapat terus dipenuhi,” ujarnya kepada Bisnis.com lewat jawaban tertulis, Kamis (25/3/2021).
Sejauh ini, papar Mirza, sejumlah upaya untuk mengejar target penyelesaian pada 2022 telah dicanangkan. Berbagai program pembangunan dilakukan, termasuk pengerjaan sarana dan prasarana lain untuk menunjang operasional KCJB. Strategi mengebut target penyelesaian adalah dengan percepatan progres di setiap titik dilakukan secara komprehensif, sehingga akselerasi pembangunan proyek KCJB bisa terwujud.
Dia menjelaskan High Speed Railway Contractor Consortium [HSRCC], KCIC, beserta pemanufaktur sarana dan prasarana terkait, dengan didampingi oleh KAI sedang merumuskan check list untuk semua sub-sistem yang dibutuhkan Kereta Cepat Jakarta–Bandung, baik itu terkait EMU, railway system maupun operasional.
Baca Juga
Secara bersamaan, kata dia, guna mempersiapkan operasional KCJB, sedang dilakukan workshop pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk bagian operasi dan pemeliharaan dari setiap subsistem. Selain itu sebagai operator, KCIC menempatkan tenaga Indonesia sebagai upaya proses alih teknologi.
Ketika beroperasi, KCJB akan memangkas waktu perjalanan Jakarta–Bandung menjadi lebih singkat. Mirza memperkirakan potensi penumpang berasal dari pemilik kendaraan pribadi yang kerap bepergian Jakarta–Bandung atau sebaliknya.
Menurutnya dengan stasiun-stasiun KCJB dibangun pada wilayah yang belum berkembang tak hanya mempercepat mobilitas masyarakat tetapi juga mendorong pengembangan daerah yang berada di kawasan stasiun. Sebagai dampak di balik keberadaan kereta cepat, kawasan yang berkembang berpotensi menyumbang peningkatan penumpang kereta cepat.
Mirza menuturkan pengembangan kawasan berbasis transit (TOD) dilaksanakan paralel dengan kereta cepat. Pengembangan TOD di tiga stasiun berfokus pada evaluasi rencana dan pengadaan lahan serta perizinan.