Bisnis.com, JAKARTA – Berdasarkan sejumlah laporan organisasi internasional, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kondisi perekonomian Indonesia memiliki prospek positif.
Salah satunya, Menkeu merujuk pada International Monetary Fund (IMF) Article IV Consultation yang menggambarkan bahwa ekonomi dan portofolio utang Indonesia memiliki sifat resilient.
“Karena level utang dan kebutuhan pembiayaan secara bruto dan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia direvisi ke atas menjadi 4,8 persen di 2021,” jelas Sri Mulyani dalam paparannya pada APBN Kita secara virtual, Selasa (23/3/2021).
Dalam laporannya, IMF menuliskan fundamental Indonesia yang kuat dan kebijakan makroekonomi yang prudent berkontribusi pada ketahanan ekonomi.
Selain itu, IMF mengapresiasi upaya reformasi struktural melalui UU Cipta Kerja untuk menutup biaya kebutuhan pembangunan infrastruktur.
Meski demikian, IMF juga mengingatkan sejumlah risiko yang harus dicermati. Seperti, persepsi pasar, kebutuhan pembiayaan eksternal, utang dalam valas, dan kepemilikan asing pada surat berharga negara (SBN). “Ini menjadi beberapa area yang harus diperbaiki dan terus diwaspadai,” kata Menkeu.
Baca Juga
Sementara itu, credit rating agency seperti Fitch Rating dan Moody’s mencatat kondisi ekonomi Indonesia yang masih kuat dan berprospek positif.
Fitch Rating mencatat Indonesia masih berada di kategori favorable atau ‘BBB stable’ di sisi pertumbuhan ekonomi dan rasio utang. Sedangkan, Moody’s menuliskan kategori ‘Baa stable’ yang merujuk pada profil kredit Indonesia yang didukung oleh ekonominya yang besar, defisit fiskal yang rendah, serta beban utang yang sederhana.
Terkait dengan perbandingan dengan negara-negara lainnya, Sri Mulyani menyebut posisi Indonesia pada rating action selama pandemi di 2020 patut disyukuri karena tidak mengalami downgrade.
“Ini artinya walaupun Indonesia favorable dari sisi growth maupun rasio utang, kita punya beberapa area yang perlu diperkuat yaitu dari sisi ketergantungan terhadap external financing,” katanya.