Bisnis.com, JAKARTA — Pangsa pasar energi baru terbarukan global diproyeksikan meningkat pesat hingga mencapai 50 persen pada 2035 dan mencapai 75 persen pada 2050.
Laporan Global Energy Perspective dari McKinsey (2019) memprediksi bahwa pembangkit listrik tenaga batu bara serta minyak bumi akan turun drastis digantikan dengan pembangkit listrik tenaga energi terbarukan dengan biaya yang lebih relatif rendah.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana seperti dikutip melalui laman Kementerian ESDM, Senin (22/3/2021), mengatakan bahwa Indonesia membuat beberapa langkah strategis untuk mencapai target bauran energi energi baru terbarukan (EBT) dengan subtitusi energi primer, konversi energi primer, penambahan kapasitas EBT, dan pemanfaatan EBT nonlistrik.
Ke depan tenaga surya akan mendominasi dalam menunjang kenaikan angka pemanfaatan energi baru terbarukan untuk pembangkit, seiring dengan harga EBT yang semakin tahun semakin bersaing dengan energi fosil. Pemerintah pun berencana menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 38.000 megawatt sampai 2035.
The International Renewable Energy Agency (Irena) juga memproyeksikan pangsa energi global melalui Transforming Energy Scenario (TES).
Pada 2030 konsumsi batu bara diprediksi turun hingga 41 persen dan berlanjut hingga 2050 berkurang hingga 87 persen. Sama halnya dengan konsumsi minyak bumi yang akan turun hingga 31 persen pada 2030 dan akan terus turun hingga 70 persen pada 2050.